Bagian 3: Dirujuk ke Spesialis Penyakit dalam dan Syaraf

Setelah beberapa kali kontrol serta melakukan serangkaian tes baik tes tiroid, tes kreatin, USG mata, CT Scan hasil akhir menunjukan adanya pembesaran otot yang menurut dokter masih harus dicari lagi penyebabnya. Karena saya tidak mau dirujuk ke RS Karyadi dokter merujuk ke spesialis penyakit dalam untuk diobservasi lagi menurut kacamata ahli penyakit dalam.

Saat masuk ke ruangan poklinik penyakit dalam, dokter membaca hasil tes serta CT scan serta memeriksa tanda awal kecurigaan adanya tiroid di tubuh saya, namun dokter tidak menemukan apa-apa, semua normal akhirnya dirujuk lagi ke bagian syaraf. Sampai disini saya sebetulnya agak awkard lah gimana ceritanya sampai ke syaraf?

Ketika masuk ke ruangan syaraf, dokter bertanya apa yang saya keluhkan, saya menjawab mata membesar serta menyerahkan hasil CT Scan. Sepintas dokter berkata bahwa ini adalah proptosis serta harus dilakukan MRI di RS Karyadi karena di RSUD belum ada. Yaelah dok, kalau saya berani sudah sejak awal ke Karyadi tidak usah dirujuk sampai kesini, itu batin saya.

Jadi menurut saya ada berita baik dan berita buruk dalam kasus saya, berita baiknya alhamdulilah tubuh saya sehat, berita buruknya ini mata kenapa tiba-tiba menonjol dan saya jadi mengalami penglihatan ganda. Sebenarnya saat yang paling parah adalah saat mengendarai sepeda motor, itupun kadang-kadang. Beberapa kali pandangan mata saya normal juga saat naik motor.

Paling kerasa adalah pas saya mengalami banyak aktifitas, mata akan terasa menonjol dan diplopobia. Saya disuruh ke RS lagi setelah dua minggu dengan tetap meminum obat dari dokter spesialis mata. Ada 3 jenis obat yang sudah saya minum hampir satu bulan ini yaitu Ranitidine HCL, Methylprednisolone dan tetes mata setiap 4 jam sekali pada mata yang menonjol.

Sampai tahap ini sudah mengalami perasaan yang campur aduk, sedih, senang ketika hasil tes semua baik, capek badan karena antre, capek mental karena meninggalkan kelas, merasa jatuh sekali saat mengalami diplopobia di jalan, menangis di kamar mandi hingga pasrah dan ikhlas. Jika Alloh memberikan kita satu penyakit maka Dia juga yang menyediakan obatnya, begitu kalimat saktinya.

Tetap berprasangka baik, dengan kelainan ini saya menjadi bersemangat untuk bangun di tengah malam, bersholawat serta berdzikir serta selalu mengingat betapa kecilnya kita dengan semua keinginan dan usaha manusia, tidak sebanding jika Alloh berkendak lain, Kun Fayakuun. Semoga penyakit proptosis dan diplopia yang saya alami dapat segera sembuh dan mata saya bisa sehat kembali, Aamiin.

Berita Terkait