Pada bagian 1 sudah diceritakan awal mula penulis didiagnosis diplopia, pada bagian ini akan bercerita tindakan lanjut untuk memastikan diagnosis awal oleh dokter. Karena perlu penanganan lebih lanjut dan alat yang lebh lengkap maka saya pindah ke tingkat RS yang lebih tinggi namun dengan dokter yang sama.
Awal mula pendaftaran saya datang jam 06.30, dipanggil jam 08.00, diperiksa jam 09.30 dan mendapat aobta di apotek RS jam 11.30. Durasi yang panjang dan melelahkan plus perasaan yang tidak menentu menunggu hasil pemeriksaan lebih lanjut. Saat di ruang mata semua alat diujikan ke saya termasuk USG mata, hasil sementara memang mata menonjol sebelah kanan karena hasil tiroid saya normal maka dokter merujuk agar saya melakukan CT Scan untuk melihat apa yang terlihat di rongga mata bagian dalam dan tenggorak.
Hari berikutnya saya melakukan proses CT Scan, benar-benar ruangan yang menakutkan, sepi dan penuh dengan tanda bahaya radiasi. Saat proses CT Scan itu saya disuntik obat kemudian ditinggal sendirian di ruangan saat mesin CT Scan dijalankan. Perasaan takut karena sudah membaca bahaya radiasi tinggi yang ditembakan saat proses CT Scan.
Keesokan harinya, saya datang lagi ke RS untuk mengambil hasil CT Scan dan membawanya ke dokter. Dokter mengatakan semua normal dan ada proptosis yaitu otot yang membesar pada mata kanan saya yang menyebabkan bola mata lebih menonjol dari mata sebelah kiri. Hasil CT Scan sedikit melegakan karena tidak ada indikasi penyakit berbahaya seperti tumor dll.
Ternyata sampai disini pemeriksaan belum selesai, dokter mengatakan saya mau dirujuk ke RS Kariadi yang mempunyai alat lebih lengkap lagi. FYI rasa kemeng dari obat yang disuntikan saat proses CT Scan masih sakit harus membayangkan pergi ke Semarang, antre dari pagi dan harus menghadapi berbagai alat. Membayangkan saja sudah ciut nyali saya. Saya bilang ke suami saya tidak mau, walaupun agak terganggu aktifitas karena penglihatan ganda namun masih bisa teratasi.
BERSAMBUNG …