Omicron itu telah datang juga

Omicron itu telah datang juga merupakan kisah nyata yang dialami penulis. Seperti kita ketahui pandemi COVID-19 telah melanda di seluruh belahan dunia. Belum ada negara manapun yang menyatakan bebas dari pandemi COVID-19 sampai tulisan ini dibuat. Berbagai varian telah bermutasi sejak WHO mengeluarkan instruksi tentang wabah COVID-19. Varian terbaru adalah Omicron, dengan gejala flu, batuk dan demam ringan (sumber: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id)

Dengan gejala yang ringan Omicron mempunyai tingkat penularan yang tinggi sehingga bulan Februari ini adalah puncak dari gelombang ke tiga kasus COVID-19. Orang-orang terdekat mulai merasakan gejala yang dulu kita anggap seperti flu biasa. Di kantor hampir semua merasakan badan yang tidak enak atau orang Jawa sebut dengan istilah nggregesi. Satu-demi satu teman satu kantor mulai minta ijin untuk isoman setelah dengan swadaya sadar diri untuk melakukan antigen atau PCR.

Pun demikian dengan situasi pembelajaran, karena kasus melonjak dengan tajam maka pemerintah menerbitkan surat edaran tentang pengaturan kembali ke pembelajaran jarak jauh sehingga sekolah kamipun kembali melaksanakan PJJ. Seiring dengan tugas penulis sebagai guru untuk mengajar daring sementara teman-teman mulai tumbang karena positif COVID terselip rasa was-was dan khawatir. akan tetapi kita tidak boleh membiarkan rasa khawatir membuat imun tubuh melemah.

Meledaknya kasus Omicron di kota Salatiga berbarengan dengan program vaksin booster atau vaksin ke 3 COVID-19. Demikian juga dengan saya, saya harus melaksanakan vaksin booster untuk menjaga tubuh dari virus tersebut. Pelaksanaan vaksin saya lakukan di Polres Salatiga dengan jenis vaksin Pfizer. Sesudah vaksin gelaja yang saya alami adalah tangan kebas, mengantuk, kliyengan, sempat mual. Beberapa hari setelah vaksin saya menerima kabar kalau bapak positif COVID terkena temannya yang sebelumnya juga sudah positif.

Alhasil ibu dan adik saya juga harus antigen karena status sebagai kontak erat. Hasilnya mereka berdua juga positif COVID-19. Jadilah bapak, ibu dan indah isoman bertiga di dalam rumah. Setelah melapor ke pak RW selang beberapa saat kemudian pihak puskesmas menghubungi via WA untuk menanyakan keluahan yang dirasakan. Seperti informasi yang telah dirilis oleh Kemenkes, mereka bertiga mempunyai gejala flu, hidung mampet dan badan tidak enak. Untuk suhu tubuh normal, tidak ada demam. Saturasi juga normal diatas 96 semua.

Pada awalnya saya sempat khawatir karena bapak komorbid penyakit jantung, ibu ada tensi tinggi dan adik mempunyai riwayat asma. Alhamdulilah sampai tulisan ini dibuat, mereka bertiga berangsur sembuh dan tidak mengalami gelaja yang berarti selama 8 hari isoman di rumah. Kondisi isoman menimbulkan simpati dan empati dari tetangga sehingga bantuan sembako, buah, makanan setiap hari diantar tetangga di depan rumah bapak.

Semoga pandemi ini cepat berlalu sehingga kita tidak perlu merasa was-was untuk hidup berdampingan dengan virus COVID-19 ini.

Salatiga, 26 Februari 2022.

BACA JUGA: Buku Saku Penyelenggaraan Sekolah Inklusif

Semoga bermanfaat.

Berita Terkait