Mereka Pergi Dengan Sejuta Kenangan Indah

Dulu ketika membaca berita dan melihat berita tentang COVID-19 tidak terlalu berpengaruh, paling hanya mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah. Akan tetapi ternyata korban pandemi semakin dekat dengan kita. Belum genap sebulan saudara dekat pak Muso meninggal karena COVID 19 sekarang disusul Mas Koiril harus meninggal karena COVID 19.

Tidak pernah menyangka ketika malam kamis Mba Ita mengabarkan kalau saturasi Mas Koiril turun itulah pertanda menjadi malam terakhir bagi Mas Khoiril. Hari Rabu malam jam 20.00 WIB mba Ita menelpon minta bantuan Mas Agus untuk donor plasma karena golongan darah sama yaitu golongan darah B serta mengabarkan kalau saturasi turun 70 tidak lama kemudian jam 10.00 telpon lagi dan mengabarkan kalau saturasi turun lagi menjadi 67. Situasi malam itu sangat cepat terjadi, Mas Agus memutuskan untuk menyetir mobil sendiri ke Madiun.

Sampai di Joho jam 02.00 WIB, tidur sebentar jam 06.30 bangun, mandi dan siap-siap untuk ke Rumah Sakit. Di jam yang sama Mba Ita mengabarkan kalau saturasi Mas Koiril sudah naik menjadi 97 dan minta dikirim bantal. Pada pukul 07.08 WIB saya telpon karena tidak segera dijemput di seberang telpon, Mba Ita nangis serta mengabari kalau mas Koiril sudah tiada. Panik sekali kondisi saat itu, tidak mengira kalau Mas Koiril sudah pergi secepat itu.

Mas Koiril mempunyai komorbid asam urat, obesitas dan darah tinggi. Setiap kematian itu sudah tertulis di LauhMafuz pasti meninggal saat itu sesuai dengan takdir hanya caranya saja yang berbeda-beda. Setiap yang hidup pasti mati, seperti itulah yang harus kita yakini agar tidak terlalu larut dalam kesedihan dan menyalahkan pihak lain. Kondisi tersedih adalah ketika keluarga harus isolasi mandiri kemudian jenazah disholatkan di jalan dan para pelayat tidak boleh mendekat saat pemakaman.

Selamat jalan Pak Muso dan Mas Khoril semoga Alloh menerima semua amal kebaikan serta menempatkan di surga terindahnya. Semoga pandemi ini segera berlalu.

Berita Terkait