Hari ini kami berkunjung ke Elementary School west of Fukuyama, sebuah sekolah yang sudah berumur 143 tahun. Pada saat kota Hiroshima dibom sekolah ini ikut hancur kemudian dibangun untuk pemulihan orang-orang yang terluka. Elementary School west of Fukuyama berada di pusat kota yang banyak terdapat cagar budaya seperti museum, kastil dan sebagainya. Visi dari Elementary School west of Fukuyama adalah mendidik anak agar berpikir tepat, mendidik anak agar berekspresi dengan tepat, mendidik anak agar hidupnya penuh dengan tantangan, mendidik anak agar menjadi anak yang baik.
Pada tahun 2018 Elementary School west of Fukuyama mempunyai jumlah siswa 430 anak. Sekolah ini setiap tahun mencanangkan tema pokok yaitu menentukan target untuk mencapai sasaran yang pasti. Sekolah ini menggunakan berbagai macam media seperti TV atau orang Jepang menyebutnya papan tulis elektronik, papan tulis kapur, papan tulis spidol, banner visi dan misi sekolah selain itu anak-anak juga dididik untuk menjaga fisiknya.
Selain sekolah, warga disekitar lingkungan juga ikut mendidik siswa-siswa disini seperti mengundang anak-anak untuk main golf, jamuan minum teh, merangkai bunga, belajar menyulam, pergi ke tempat bersejarah dan lain sebagainya. Pembelajaran menggunakan tablet mulai dilakukan dikelas 6 dimana anak diajak ke museum kemudian dia harus mengamati serta menulis hasil observasi sesuai arahan dan petunjuk yang ada di tablet.
Pada tahun 1966 Elementary School west of Fukuyama pertama kali menerima anak tunarungu sebagai murid, sekarang ada 12 anak tuna rungu bersekolah di sini. Kebijakan sekolah menerapkan bahwa beberapa mata pelajaran seperti kesenian dan olah raga, anak berkebutuhan khusus dijadikan satu bersama dengan anak normal ini bertujuan agar anak tersebut tidak merasa rendah diri, selain itu mengajarkan kepada anak normal untuk menumbuhkan sikap simpati dan empati kepada anak berkebutuhan khusus ini.
Selanjutnya kami masuk ke kelas tunarungu, dalam kelas tersebut ada 4 siswa anak berkebutuhan khusus, pembelajaran dengan menggunakan video, salah satu maju yang lain menanggapi, mereka belajar dengan menggunakan kosakata Bahasa kanji, anak maju untuk menceritakan atau mengartikan bahaasa kanji tersebut.
Observasi berlanjut ke kelas 2 tunarungu juga dimana mereka sedang belajar Bahasa Jepang dengan tema bermain peran. Jadi ke 3 anak yang berada di kelas tersebut memakai topi dengan dua karakter. JIka sampai karakter yang harus dia perankan topi dibalik demikian juga seterusnya, anak memakai topi dengan dua karakter sekaligus. Di kelas ini anaknya hebat, mereka bisa membaca cerita lengkap dengan ekspresinya. Di akhir pembelajaran guru memberi penguatan bahawa jika kalian ingin bercerita maka berceritalah dengan menggunakan ekspresi dan bahasa tubuh maka orang lain akan gampang mengerti apa yang kita maksudkan.
Masih di kelas yang sama selanjutnya guru memasang gambar macam-macam musim dan mengacak aneka aktifitas dan macam-macam bunga yang tumbuh dimusim semi. Selanjutnya anak disuruh maju untuk memasangkan gambar aktifitas dan macam-macam bunga tersebut dibawah gambar musim yang mereka pilih dan ternyata mereka bisa. Pembelajaran di Jepang memang hebat. Dalam satu tema anak bisa belajar banyak hal mulai dari IPA, matematika dan bahasa walaupun kelihatannya sederhana tapi kalau tehnik ini dijalankan secara terus menerus maka anak akan berlatih berpikir kritis.
Diakhir pelajaran guru memberi kesempatan siswa untuk maju dan mengevaluasi dimana tehnik pengucapan dan ekspresi dia yang salah dan seperti apa seharusnya yang benar. Disinilah anak belajar untuk melihat kekuarangan diri sendiri dan berusaha untuk menyampaikan pendapat saya seharusnya bagaimana. Disekolah Elementary School west of Fukuyama buku ajar yang digunakan anak berkebutuhan khusus sama dengan buku ajar yang digunakan anak normal. Guru-guru disini semuanya mendapatkan lisensi untuk mengajar anak berkebutuhan khusus.
Kelas selanjutnya adalah kelas tunagrahita, mereka belajar dengan cara masing-masing maju dan menunjuk 3 huruf yang dia hapal. Sebenarnya ini adalah pelajaran kelas 1 SD sedangkan mereka adalah anak kelas 5 dan 6. Kelas berikutnya adalah kelas emosional disorder, aktifitas yang dilakukan anak disuruh mencelup kain pada macam-macam warna.
Ketika bel pulang berbunyi pada pukul 14.00 anak-anak akan pulang dengan berjejer rapi dan membentuk kelompok sesuai dengan rumahnya. Mereka akan berjalan dengan didampingi anak kelas 6. Pakaian seragam yang mereka kenakan masih menggunakan pakaian musim semi serupa jas dan sweater dengan warna abu-abu karena menyesuaikan Fukuyama Castle yang atapnya berwarna abu-abu.
Sekolah menerapkan strategi agar anak selalu ceria dan mempunyai semangat belajar yaitu setiap guru yang datang ke sekolah harus mempunyai jiwa yang senang walalupun mempunyai masalah yang lain karena anak-anak tersebut akan tertular energy positif dan sikap ceria kita, sebaliknya kalau kita ke sekolah dengan membawa banyak permasalahan pribadi maka anak akan melihat kita denga energy yang negatif pula .
Untuk anak berkebutuhan khusus berbagai alat bantu yang digunakan mereka didapat dengan bantuan dari pemerintah ada yang mendapatkan bantuan sepenuhnya tapi ada yang hanya disubsidi. Diakhir pertemuan kepala sekolah mengatakan sebagai guru kita harus menghabiskan waktu bersama anak-anak ini dengan penuh keceriaan.