Setelah kuliah berakhir pukul 15.00 maka kami pindah ke kelas yang lain yaitu kelas para mahasiswa S2 yang sudah menjadi guru. Kami duduk saling berhadapan, setiap kelas di Jepang kursi dan meja didisain untuk moving artinya jika mereka berdiskusi akan gampang untuk memindahkan kursi dan meja. Komunikasi dalam kelas ini nantinya akan berlangsung secara dua arah artinya guru Indonesia akan bertanya kepada guru di Jepang demikian juga sebaliknya.
Beberapa hal yang kami diskusikan adalah tentang kode etik guru di Jepang. Kode etik guru di Jepang ada perundangan yang mengatur yaitu undang-undang kode etik PNS, UU kode etik guru dan UU kode etik tentang pendidikan di sekolah, semua mengatur tentang kewajiban dan hak-hak guru semisal guru bekerja dalam satu hari selama 7 jam 45 menit dan bekerja selama 5 hari dalam seminggu.
Hak cuti dalam setahun ada 20 hari jika tidak diambil bisa diakumulasikan pada tahun berikutnya dengan maksimal cuti 2 tahun. Untuk cuti melahirkan 8 minggu sebelum dan 8 minggu sesudahnya. Cuti mengurus anak 3 tahun dengan rincian 1 tahun pertama mendapatkan gaji dan 2 tahun berikutnya tidak mendapatkan gaji. Cuti merawat orang tua yang sakit bisa sampai orang tua yang bersangkutan meninggal dunia akan tetapi pemohon cuti tidak mendapatkan gaji. Cuti untuk sakit mental 180 hari dan sakit fisik 90 hari.
Guru akan diberi sanksi jika memukul anak dan jika menyetir dalam keadaan mabuk maka teaching licence akan dicabut. Sanksi bagi guru yang melanggar kode etik bermacam macam mulai dari dikurangi gajinya sampai dipecat untuk pelanggaran yang berat. Untuk pelanggaran yang berat kasus langsung ditangani oleh pihak kepolisian.
Selain berdiskusi tentang kode etik guru, kami juga memperoleh informasi bahwa di Jepang ada semacam MGMP di tingkat sekolah dan tingkat wilayah, mereka sangat aktif dalam kegiatan lesson study.
Untuk sistem penilaian di Jepang ada UTS, UAS dan ulangan harian dengan nilai yang berbentuk skala yaitu menggunakan skala 1-5. Untuk nilai bagus skala 4 dan 5. Untuk metode yang disukai guru dalam mengajar akan berbeda untuk tiap mata pelajarannya.
Di Jepang menggunakan PBL yang materinya terintegrasi, guru mengajar berdasarkan buku ajar yang telah ditentukan pemerintah. Guru harus kreatif mencari metode sesuai dengan tema yang diajarkan. Selanjutnya mereka akan menerapkan kurikulum nasional yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah. akan tetapi patokan dalam pengunaan buku ajar sama karena buku ajar di Jepang sudah sesuai dengan kurikulum nasional. Baru nanti tema yang ada di buku bahan ajar dikembangkan.
Dua hal penting dalam pembelajaran IPS yaitu harus melaksanakn obeservasi dan praktikum dengan perbandingan 50%-50%. Mereka lebih aplikatif dalam pelaksanaan pembelajaraanya.
Untuk pengembangan karir guru di Jepang ada pelatihan-pelatihan untuk guru yang baru menjadi CPNS. Pelatihan tersebut dilaksanakan di tahun pertama hingga tahun ke 3 guru tersebut mengajar, bertempat di sekolah dan di luar sekolah.
Kemudian ada pelatihan lagi bagi guru dengan masa mengajar 5 tahun, 10 tahun dan 20 tahun. Materi pelatihan mencakup banyak hal termasuk materi-materi pelajaran yang sedang berkembang. Ketiga jenis pelatihan tersebut diatur oleh UU selain itu diatur juga oleh propinsi masing-masing.
Sebagai contoh di Universitas di Chiba ada pelatihan untuk guru yang sudah mengajar selama 20 tahun. Banyak sekali pelatihan yang melibatkan guru disini bahkan ada pelatihan jangka panjang dengan durasi waktu satu tahun.
Para guru mengikuti pelatihan sesuai mata pelajaran yang dilaksanakan setelah jam mengajar selesai. Mereka juga membayar sendiri pelatihan-pelatihan tersebut walaupun statusnya dikirim oleh pihak sekolah. Setiap guru di Jepang yang ditanya apakah puas dengan profesi guru semuanya menjawah dengan wajah bahagia bahwa mereka senang sekali menjadi guru.
Selanjutnya sesi pertanyaan dari guru-guru di Jepang diantaranya
1. Apakah boleh seorang guru PNS ikut kegiatan politik ?
2. Mereka tertarik dengan pelajaran agama dan PKN karena di Jepang tidak ada pelajaran tersebut, mereka bertanya materi apa saja yang diajarkan pada pelajaran agama dan PKN tersebut.
3. Bagaimanakah pembelajaran IPA berlangsung di dalam kelas, menggunakan metode seperti apa guru saat mengajarkan?.
4. Mereka juga bertanya bagamana seorang guru di Indonesia memandang kami para guru di jepang yang pulang sekolah jam 20.00.
5. Apakah guru di Indonesia puas dengan gaji yang diterima?