#4 Sekolah Guru di Jepang

Pada hari ke empat kami melakukan perkuliahan di Universitas Fukuyama. Berangkat dari hotel pukul 09.00 dan tiba di kampus pukul 09.30. Sesampainya di sana kami diterima oleh staff Tata Usaha Mr. Ichida untuk dipertemukan dengan Rektor Fukuyama yaitu Mr. Tamaru Kotsuko. Sebelum acara dibuka oleh Mr. Tamaru Kotsuko, Mr. Ichida memberikan susunan acara sebagai berikut:
1. Penjelasan Rektor Fukuyama
2. Melakukan diskusi
3. Istirahat
4. Perkuliahan tentang sistem pendidikan di Jepang
5. Observasi lingkungan dan fasilitas kampus

Fukuyama University didirikan pada tahun 2011, jumlah mahasiswanya saat ini mencapai 1000 orang. Fukuyama University mempunyai dua jurusan yaitu jurusan pendidikan dan jurusan tata kota. Kebanyakan Universitas yang mempunyai jurusan pendidikan mempunyai semacam Lab School. Karena Fukuyama University tidak memiliki lab school maka mahasiswanya melakukan PPL di sekolah umum, semua biaya PPL mahasiswa ditanggung oleh pemerintah kota. Rektor Fukuyama University menjelaskan bahwa kerjasama antara sekolah dan masyarakat di Jepang terjalin dengan baik sebagaimana contoh diatas.

Konsentrasi penjurusan Fukuyama University ada dua macam yaitu jurusan pendidikan guru SD dan jurusan pendidikan guru PAUD. Animo mahasiswa jurusan pendidikan Universitas Fukuyama tinggi yaitu 60% ingin menjadi guru walaupun secara nasional masih rendah. Prosedur masuk universitas Fukuyama ada dua ujian yaitu ujian nasional dan ujian local.

Dalam pertemuan tersebut juga mengenalkan beberapa staf Fukuyama University yaitu:
1. Dekan FIP : Shibuyake
2. Dekan Fakultas Tata Kota : Haya Sibara
3. Direktur Universitas : Ichioko
4. Ur. Exchange LN : Hiroko

Mahasiswa Fukuyama University jurusan pendidikan SD dan PAUD tidak langsung menjadi guru, mereka harus mendapatkan Teaching Lisence untuk bisa mengajar. Jika mengambil jurusan SD dan PAUD maka tidak bisa menjadi guru SMP atau SMA. Prosedur Teaching Lisence sudah ditentukan oleh pemerintah pusat dan kemudian pihak universitas mengajukan untuk bisa menyelenggarakan Teaching Lisence, setelah disetujui oleh pemerintah pusat maka pihak universitas baru membuka jurusan pendidikan. Fukuyama diberi wewenang untuk mengeluarkan Teaching Lisence bagi guru SD dan guru PAUD. Perpanjangan Teaching Lisence dilakukan setiap 10 tahun sekali. Prosedurnya dengan mengikuti pelatihan selama 30 jam. Jika ada yang tidak lulus maka diberi kesempatan selama 2 tahun untuk remedial.

Berdasarkan informasi dari rektor Fukuyama ada sekolah untuk anak berkebutuhan khusus kalau di Indonesia seperti SLB. Selain itu ada juga sekolah umum yang bersifat inklusi. Permasalahan pendidikan yang dihadapi Jepang sekarang ini anak – anak tidak mau belajar, jumlah murid di dalam kelas sedikit, minat untuk belajar menurun dikarenakan bermasalah dengan keluarga dan lingkungannya. Informasi lain yang kami terima adalah kasus bullying, pada sekolah di Jepang bullying sering mengakibatkan anak-anak tidak mau masuk sekolah, sebagai contoh saat ada reactor nuklir yang bocor di Fukushima, maka anak – anak sekolah mengungsi di kota lain dan di tempat baru tersebut mereka mengalami bullying di sekolah barunya. Sehingga perlu penanganan serius untuk mengatasi permasalahan bullying tersebut.

Selain itu persoalan pendidikan di Jepang juga karena perkembangan teknologi dan tingkat kemakmuran yang tinggi menyebabkan kemampuan berjuang anak – anak Jepang menurun, mereka belajar bukan karena ingin belajar tetapi belajar karena disuruh. Zaman dulu anak-anak Jepang semangat belajarnya tinggi dan cita – citanya juga tinggi, mereka akan berusaha mewujudkan cita – cita tersebut tetapi sekarang karena semua sudah ada di rumah maka anak Jepang keinginan belajarnya menurun. Menurut penelitian dari tahun ke tahun keinginan untuk mengerjakan PR dan tugas sekolah semakin menurun, mereka memilih menonton TV dan video selain itu keinginan untuk membantu pekerjaan di rumah dari tahun ke tahun juga semakin berkurang. Di Jepang 98% anak lulus sekolah hanya 2% yang putus sekolah.

Menjadi guru di Jepang harus selalu mengupdate ilmu pengetahuan melalui berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh Dewan Pendidikan. Dewan pendidikan bertugas mengadakan pelatihan bagi guru – guru di Jepang. Adapun untuk rekruitmen guru dilakukan oleh pemerintah propinsi. Ada dua keistimewaan pendidikan di Jepang yaitu bimbingan tentang pendidikan karakter dan bimbingan pelajaran. Kurikulum dibuat agar pelaksanaan sama kemudian ada kurikulum perbidang studi. Untuk mata pelajaran IPS diberikan di SD kelas 3 – 6 serta jenjang SMP. Tranformasi kurikulum di Jepang dimulai dari tahun 1958 – 1960, 1968 – 1970, 1977 – 1978, 1988, 1998 – 1999. Perubahan kurikulum diubah secara bertahap tidak langsung berubah total dalam kurun waktu 10 tahun tersebut. Kurikulum dibuat berdasarkan perkembangan anak dan perkembangan teknologi.

Penulisan buku pelajaran dibuat oleh penerbit berdasarkan kurikulum yang sudah berstandar. Misal ada 5 penebit yang membuat buku sosial maka pemerintah akan melakukan pengecekan. Setelah itu Fukuyama akan membetuk tim guru untuk memilih buku mana yang akan digunakan.
Berikut mata pelajaran di Jepang :
1. Bahasa Jepang : Kokugo
2. IPS : shakai
3. Matematika : sansuu
4. IPA : rika
5. Life studies : seikatsu
6. Music : ongaku
7. Menggambar : zuga kausaku
8. Home Economic : katei
9. Olah Raga : taiiku
10. Moral Education : doutoko
Bahasa asing mengintegrasi pada semua mata pelajaran. Tujuan integrasi dalam pendidikan di Jepang menumbuhkan anak untuk memecahkan masalah (problem solving) misal membahas tema tentang kerjasama internasional maka di kelas guru akan mendatangkan orang asing sebagai nara sumbernya. Masalah serius yang sedang dialami Jepang adalah menurunnya angka kelahiran dan meningkatnya jumlah lansia. Bahasa Inggris di Jepang hanya dipelajari reading dan writing tidak ada speaking.

Agama hanya diajarkan di sekolah swasta, di sekolah negeri tidak diajarkan. Kecenderungan anak muda Jepang sekarang tidak ada minat terhadap agama. Bisa dikatakan agama sudah tidak ada di Jepang, mereka hanya menjalankan aturan –aturan kehidupan. Sebagai contoh saat bayi lahir dirayakan secara Sinto kemudian dewasa dan menikah dengan perayaan Kristen di gereja ini hanya seremonial selanjutnya mati dan dikuburkan secara Budha. Di rumah Jepang ada altar tetapi karena kakek/nenek sudah meninggal maka altar tersebut diisi salib dengan hiasan sinto.

Karakter dibentuk bukan berdasarkan agama tetapi berdasarkan moral, contoh bagaimana perasaan kita menjunjung tinggi martabat keluarga atau perasaan bergaul dengan orang lain. Masalah agama merupakan masalah yang terpisah. Konsep cinta tanah air di Jepang ada dua macam yaitu konsep cinta tanah air radikal dan konsep cinta tanah air damai. Secara teori konsep cinta tanah air radikal diartikan berani mati untuk negara. Bentuk konsep cinta tanah air diawali dari mencintai diri sendiri, jika kita bisa mencintai diri sendiri maka kita bisa mencintai tanah air kita. Konsep tersebut di Jepang sudah mulai luntur. Konsep cinta tanah air sejak tahun 1946 mengarah ke hal yang negatif akibat perang yang menimbulkan perasaan trauma, sebagai contoh saat sebuah sekolah menyelenggarakan upacara, menaikan bendera dan menyanyikan lagu nasional maka ada sekolah yang tidak setuju dengan sikap tersebut. Bahkan ada di sebuah universitas yang bendera Jepang diturunkan oleh mahasiswa karena tidak setuju. Di Jepang tidak ada sekolah atau universitas memasang bendera dan atribut kenegaraan. sehingga konsep cinta tanah air tidak dimasukan ke dalam pelajaran walaupun secara prilaku dan sikap orang Jepang sudah mencerminkan rasa cinta tanah air yang luar biasa.

Dari sisi sosial menurut penelitian bahwa anak muda Jepang masih menginginkan menjadi pegawai negeri dengan alasan gaji yang stabil selain itu ingin bekerja di perusahaan besar, sedangkan pekerjaan yang tidak diminati di Jepang adalah pekerjaan yang berat, kotor dan keras seperti perawat rumah sakit dan perawat panti jompo serta pekerjaan part time. Di Fukuyama penduduknya 100% bekerja.

Angka bunuh diri di Jepang tinggi karena berbagai kasus yaitu bullying jika dia masih sekolah dan masalah PHK jika dia sudah dewasa. Peristiwa tersebut terjadi karena berbagai persoalan seperti persaingan masyarakat, persaingan ekonomi dan lain – lain yang memang sudah tidak bisa diselesaikan dan keluarga Jepang sekarang ini tinggal keluarga inti itu juga yang mendorong orang Jepang kurang didukung oleh keluarga besar jika mempunyai masalah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di setiap universitas ada mental care untuk menangani mahasiswa yang bermasalah.

Penyambutan dan kuliah singkat oleh Rektor Fukuyama University

Bersama Mahasiswa Fukuyama dalam pertunjukan seni kampus

Berita Terkait