Sarapan di Jepang berbeda dengan sarapan di hotel Indonesia. Makanan yang disediakan hampir semuanya tidak akrab dengan lidah orang Indonesia. Dan ada satu hal yang penting yaitu kita harus berhati – hati dalam memilih makanan karena semua menu ditulis dengan huruf kanji. Seperti kami yang mengalami kesulitan untuk membaca menu tersebut, selain itu semua pegawai di hotel ini tidak bisa berbahasa Inggris sedangkan percakapan bahasa Jepang kami sangat terbatas, nah lo, roaming kan.
Disini, pengunjung harus mengembalikan semua bekas alat makan yang mereka pakai di tempat yang dinamai Dishes Return. Kembali ke menu makanan, jika tidak berhati-hati kita bisa salah mengambil sarapan. Disini tersedia omelet dan siomay, kalau di Indonesia kedua makanan tersebut sudah sering kita makan dan aman-aman saja karena telur pasti berasal dari ayam serta siomay pasti isinya kalau tidak ikan laut pasti ayam giling. Sementara disini ternyata omelet diisi daging babi serta siomay juga dicampur daging babi. Sebelumnya pemandu kami berpesan jangan makan sosis kalau di Jepang karena itu pasti non halal ternyata hampir semua makanan dsini dicampur babi.
Siomay non halal
Selain makanan protein hewani tersebut, di Jepang juara dalam penyajian salad. Aneka sayuran yang dihidangkan sangat segar dan enak. Berbeda rasanya dengan di Indonesia yang sayur tidak berasa atau kata orang Jawa ‘sepo’ disini sayuran walau hanya dimakan mentah sangat enak, teksturnya kriuk dan segar dimulut. Saya yang pecinta sayur sangat bisa membedakan rasanya antara sayuran mentah di Indonesia dan sayuran mentah di Jepang.
Aneka sayur
Selain makanan protein hewani, di Jepang juara dalam penyajian salad. Aneka sayuran yang dihidangkan sangat segar dan enak. Berbeda rasanya dengan di Indonesia, kita biasa makan sayur tidak berasa atau kata orang Jawa ‘sepo’, disini sayuran walau hanya dimakan mentah sangat enak, teksturnya kriuk dan segar di mulut. Saya yang pecinta sayur sangat bisa membedakan rasa antara sayuran mentah di Indonesia dan sayuran mentah di Jepang.
Setelah selesai makan pada pukul 09.00 kami mulai jalan untuk mengunjungi tiga kuil. Menuju ke kuil yang pertama kami melewati jalan tol, di Jepang sepanjang jalan tol ada tembok melengkung untuk meredam suara kendaraan bermotor yang lalu lalang sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar.
Kuil yang pertama kami kunjungi adalah Kuil fushimiinari
Kuil Fishimi Inari atau Fushimi Inari Taisha merupakan salah satu situs terpenting dari ajaran Shinto di Jepang. Tak diragukan lagi, keindahannya bisa menarik banyak wisatawan baik domestik maupun internasional. Siapa yang tak tergoda dengan ribuan gerbang berwarna merah yang berbaris rapi? Kuil yang didirikan pada tahun 711 ini bisa dikatakan sebagai satu tempat yang paling favorit bagi wisatawan yang datang ke Kyoto. Selain cantik, kuil ini juga mudah diakses.
Fushimi Inari Taisha merupakan sebuah kuil utama dari ribuan kuil Inari lainnya yang tersebar di seluruh Jepang. Kuil ini dominan dengan warna merah-oranye yang mencolok, seperti layaknya kuil-kuil Shinto pada umumnya. Sebagai kuil utama dari kuil Inari, Fushimi Inari Taisha menjadi kuil terpenting selama ribuan tahun yang memang didedikasikan untuk Dewa Inari atau Dewa Padi di ajaran Shinto. Hewan rubah menjadi simbol yang penting yaitu sebagai pengantar Inari, di mana Anda bisa menemukan banyak patung rubah atau dalam bahasa Jepang disebut kitsune.
Kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke sini memang banyak yang bertujuan untuk menjelajahi jalur pendakiannya, menuju Gunung Inari yang setinggi 233 meter. Namun ketika berkunjung ke sana, saya lebih memilih untuk menikmati keindahan arsitektur bangunannya dan tentunya ribuan torii yang sangat cantik jika difoto.
Sebelum bertemu aula utama atau Honden, kita akan disambut oleh sebuah gerbang/gapura besar berwarna merah-oranye yang disebut Gerbang Romon. Gerbang gagah nan megah ini dulunya disumbangkan oleh salah satu penguasa terkenal di Jepang yaitu Toyotomi Hideyoshi pada tahun 1589. Setelah memasuki Gerbang Romon, Anda bisa menyucikan diri dulu di chōzuya lalu berdoa di aula utama/honden.
Jika Anda sudah tak sabar ingin berfoto-foto di antara ribuan torii, maka berjalanlah ke arah belakang kuil. Anda akan menemukan dua buah jalur yang ditutupi oleh ribuan torii (Senbon Torii) berwarna merah . Kalau Anda mengikuti jalur ini maka Anda akan sampai ke puncak Gunung Inari, jika Anda memang penasaran bagaimana pemandangan dari atas sana, maka setidaknya dibutuhkan waktu 2 hingga 3 jam perjalanan bolak-balik.
sumber: https://id.japantravel.com/kyoto/kuil-fushimi-inari-di-kyoto/15448.
Fushimiinari
Setelah mengunjungi kuil Fushimiinari kami makan siang di Restoran dengan menu ikan salmon dan beef teriyaki. Disini nasinya pulen kaya beras ketan dan enakkk. Setelah makan siang kami melanjutkan kunjungan ke kuil Kiyomidezura.
Kuil Kiyomidezura
Kiyomizu-dera mungkin adalah kuil paling terkenal di Kyoto kuno, dengan lebih dari 3 juta pengunjung per tahun. Kuil ini dinamakan Kiyomizu-dera karena sebuah mata air ajaib memancar keluar di gunung Otowa dan mengalir kebawah air terjun Otowa. Mata air ini adalah tempat di mana pendiri Gyoei-koji dan Enchin-Shonin berlatih meditasi dengan duduk di bawah air terjun. Saat ini airnya dibagi menjadi tiga aliran yang terpisah.
Air setiap aliran ini dikatakan memiliki manfaat yang berbeda, “panjang umur”, “kepuasan dalam cinta”, dan “kemajuan akademis”. Pengunjung disarankan untuk menyesap salah satu dari tiga air pada satu waktu. Jika Anda menyesap dua teguk, berkatnya akan dikurangi menjadi setengahnya. Jika Anda menyesap tiga teguk, berkat akan berkurang menjadi sepertiga. Jika Anda secara rakus minum lebih dari satu aliran air, Anda tidak akan mendapatkan manfaat apapun. Saran tersebut mencerminkan ajaran lama yaitu Anda tidak boleh serakah. Sebelum minum air sungai, Anda dianjurkan untuk rendah hati dan sujud (hormat) kepada Gyoei-koji yang diabadikan di belakang air terjun Otowa dan memurnikan tubuh dan jiwa Anda.
Hondo (Aula utama) lebih dikenal sebagai Kiyomizu-no-Butai (panggung Kiyomizu). Butai adalah bagian tengah dari transept Hondo, dibangun pada metode khusus di mana 139 pilar keyaki (Zelkova Jepang) dirakit tanpa menggunakan satu paku pun. Panggung Kiyomizu melambangkan keseriusan dalam membuat keinginan/harapan, seperti yang diungkapkan oleh idiom “melompat kebawah dari panggung Kiyomizu”. idiom ini kembali ke jenis agama rakyat pada periode Edo : Jika Anda menyerahkan hidup Anda di tangan Kannon dan melompat turun dari panggung, hidup Anda akan terselamatkan dan doa Anda akan dijawab. Dalam arti kontemporer, kalimat tersebut ditafsirkan sebagai “Beranilah untuk tantangan.”
Sumber: https://www.japanhoppers.com/id/kansai/kyoto/kanko/594/
Kiyomidezura
Kuil terakhir yang kami kunjungi adalah kuil kinkakuji
Kuil Kinkaku-ji, yang memiliki nama resmi Kuil Rokuon, adalah kuil sekte Rinzai dengan aliran Shokoku-ji. Kuil ini didirikan pada tahun 1397 oleh Shogun ketiga dari Zaman Muromachi, Asahikaga Yoshimitsu sebagai kuil Zen. Fitur utama kuil ini adalah ruang artefaknya yang dilapisi emas. Kuil ini telah ditetapkan sebagai bagian dari Situs Warisan Budaya Dunia. Kuil Kinkaku-ji memiliki taman dengan sebuah kolam di tengahnya yang dinamai Kolam Kyokochi. Bangunan emas yang berdiri di atas kolam menjadi tujuan favorit wisatawan yang ingin berfoto.
Kuil Kinkaku dibangun dengan gaya arsitekur Hogyo yang menggunakaan bentuk atap seperti piramida. Bangunan aslinya hancur dalam peristiwa kebakaran pada tahun 1950 dan yang saat ini berdiri adalah hasil pembangunan kembali pada tahun 1955. Ketiga lantai Kinkaku yaitu, lantai pertama yang digunakan sebagai ruangan arsitektur kerajaan dari Zaman Heian; lantai kedua, ruangan samurai bergaya Butsuma; dan lantai ketiga yang merupakan ruangan suci Buddha. Lapisan emas digunakan untuk melapisi lantai dua dan tiga. Lokasi yang sesuai untuk mengambil foto bangunan ini adalah dari sisi bagian selatan danau; dan waktu yang bagus yaitu siang menjelang sore, saat cahaya matahari berada di selatan.
Di halaman kuil pengunjung dapat melihat bangunan untuk upacara minum teh Sekkatei khas ahli upacara teh, Kanamori Sowa. Bangunan ini didirikan untuk menyambut Kaisar Go-Mizunoo dan diberi nama Sekkatei karena pemandangan indah sinar matahari yang menyinari Kinkaku saat senja. Bangunan ini memiliki jendela berbentuk lingkaran dan segitiga. Selain itu, bangunan ini juga dikenal karena fitur rak miringnya dan tiang kayu di dalam bangunan. Sumber: https://www.japanhoppers.com/id/kansai/kyoto/kanko/1520/
Kinkakuji