Pagi ini, suasana mendung menyelimuti kota Salatiga. Hujan semalaman membuat matahari seperti enggan menampakan sinarnya. Yang terjadi adalah waktu sudah beranjak siang yaitu pukul 09.00 WIB tetapi suasana masih seperti pukul 06.00 pagi. Demikian juga dengan suasana di sekolahan, walaupun mendung bergelayut tetapi pembelajaran tetap berjalan dengan lancar, anak-anak tidak ada yang terlambat demikian juga dengan bapak/ibu guru.
Bunyi bel panjang terdengar seantero sekolahan sebagai tanda perpindahan jam mengajar, pukul 09.00 adalah jam pelajaran IPS di kelas 7B. Sambil berjalan menuju kelas 7B tampak beberapa anak berlarian tergopoh-gopoh. Mereka seperti menghindari sesuatu.
“Kenapa kamu berlarian”
“Ada razia rambut bu”
Karena ada razia rambut mereka sampai berlarian dengan cepatnya.
Razia rambut rutin diadakan oleh urusan kesiswaan untuk mengatasi masalah rambut gondrong dan rambut yang disemir, razia tersebut biasanya diadakan sebulan sekali atau sesudah libur panjang semester. Minggu kemarin anak-anak baru selesai libur semester satu maka razia rambut sudah pasti akan diadakan.
Belum hilang pemandangan anak-anak berlarian, disusul belakangnya lima anak berusaha bersembunyi di taman depan. Tampak model rambut yang aneh-aneh menghiasi kepala mereka dan ada juga anak yang rambutnya berwarna ungu kusam. Perkiraan saya, kemarin sebelum masuk sudah berusaha dihilangkan cat warna rambutnya tetapi karena belum bersih yang ada malah seperti warna ungu kusam. Berlarian anak-anak ini mencari aman padahal sembunyi dimanapun tetap kena peluang gunting kesiswaan.
Langkah kaki terhenti di depan kelas 7A, setelah masuk dan mengucapkan salam maka kegiatan sebelum pembelajaran adalah mengabsen siswa. Saat itu ada 2 anak yang tidak tampak, teman-temannya mengatakan bahwa Abi dan Bagas, kedua anak tersebut sedang sembunyi takut kena razia karena rambutnya gondrong. Beberapa saat setelah memberikan materi dan memberikan tugas, sengaja aku ingin mencari kedua anak tersebut. Menurut penuturan teman-temannya ada di taman belakang.
Dengan bergegas aku melangkah ke taman belakang, tetapi tidak ada.
“Mencari apa bu” Tanya tukang kebun sekolah
“Anak yang bolos pelajaran pak”
“Coba cari di WC pria bu”
Waduh WC pria, belum masuk saja terbayang aduhai baunya.
“Biasanya anak-anak yang bolos pelajaran atau menghindari razia sering sembunyi di sini kalau tidak di WC bu”
“Oh gitu ya, makasih pak”
Jarak antara taman belakang dengan WC pria tidak jauh tapi membayangkan masuk ke WC pria membuat sebagian akal sehatku menolaknya. Tapi sebagian akalku penasaran untuk menangkap anak-anak ini.
Akhirnya aku melangkah ke depan WC pria dan berdiri disitu dengan menutup hidup. Tampak suara-suara pelan terdengar dari depan. sesaat kemudian beberapa anak keluar dari WC dan tampak terkejut dengan keberadaanku.
“Mari bu” sapa mereka
Sambil menahan tawa aku membalas sapaan mereka karena tampak potongan rambut yang tidak rata menghiasi kepala mereka.
Tidak berapa lama, tampak obrolan pelan dibalik tembok WC.
“Bi, keluar yuk”
“Razia sudah selesai belum”
“Ga tau, tapi aku capek berdiri disini terus”
“Nanti kalau kena razia bagaimana”
“Sudah selesai mungkin, lagian aku bawa topi buat nutupi rambut”
“Oke, tapi kita ke kantin dulu ya, aku haus dari tadi belum minum”
“Ya”
Dengan langkah pelan mereka berjalan menuju pintu keluar, sengaja aku bersembunyi agar bisa menangkap basah mereka.
“Aman Bi, kita langsung lari ke kantin saja”
“Oke”
Sebelum mereka benar-benar lari, aku keluar dari tempat persembunyian dan langsung kutangkap tangan Bagas.
“Assalamualaikum Bagas, bagamaimana kabar kamu hari ini?”
Setelah menyadari tertangkap basah, wajah bagas dan Abi yang berada di belakangnya tampak pucat pasi. Sesaat kemudian wajah pucat itu berubah menjadi cengar-cengir khas anak yang berusaha mencari alasan.
“Bu Ifah kok bisa sampai di sini”
“Memang kenapa?”
“anu bu, Ibu kan seharusnya mengajar?”
“Kamu juga kenapa ada di sini, kalian kan seharusnya di kelas ?”
Tanpa menunggu jawaban dari ke dua anak bandel itu, langsung ku giring masuk keduanya masuk ke kelas.
Di dalam kelas teman-temannya sudah menunggu. Begitu masuk kelas sorai-sorai temannya menyambut keduanya. Tampak merah wajah ke duanya. Sebagai pelajaran untuk semuanya maka kedua anak terbut saya suruh berdiri di depan, di depan teman-temannya saya interogasi. Saya tidak pernah memberikan hukuman yang berat, dengan cara seperti ini saya yakin mereka akan malu dan untuk ke depan akan berpikir ulang untuk bolos pelajaran terutama pelajaran saya.
Salatiga, 05 Januari 2018