Dewasa ini berbagai macam berita hoax telah menjadi bagian dalam kehidupan manusia. Tanpa disadari kita dikelilingi oleh berbagai informasi hoax. Banyak orang menganggap hoax sebagai sesuatu hal yang sepele, rata-rata kita tidak pernah menyadari bahwa hoax menyimpan potensi permasalahan yang sangat besar. Berita hoax dapat mengganggu kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. MacDoughall (1958) mengatakan bahwa hoax merupakan berita yang dianggap benar akan tetapi sesungguhnya sebuah berita yang salah. Banyak orang ingin dianggap pintar dan menunjukkan identitas dirinya di berbagai komunitas dengan cara membagikan berbagai informasi tanpa melakukan pengecekan lebih lanjut, hal inilah yang menyebabkan penyebaran hoax menjadi sangat cepat.
Berita hoax terjadi diberbagai bidang kehidupan mulai dari kesehatan, ekonomi, politik sampai dengan agama. Begitu banyak informasi hoax dalam berbagai bidang dengan masing-masing variasinya. Dari banyaknya variasi tersebut kita bisa mengklasifikasikan hoax menjadi beberapa jenis. Tujuan dari klasifikasi tersebut adalah untuk mempermudah upaya mencari solusi dari permasalahan hoax yang telah masuk di berbagai bidang. Secara umum hoax diklasifikasikan menjadi tiga yaitu hoax isi, hoax judul dan hoax manipulasi berita.
Hoax isi adalah sebuah berita yang keseluruhan isi dan judul diragukan kebenarannya. Dalam hoax seperti ini sebuah berita yang tidak benar diramu menjadi sebuah tulisan yang menarik sehingga dapat mempengaruhi pembacanya. Berita tersebut ditulis tanpa memberikan sumber informasi secara jelas atau dengan memberikan sumber informasi yang tidak benar. Sumber informasi palsu yang dicantumkan bisa mencatut nama pejabat atau institusi resmi, hoax seperti ini dapat dengan mudah memperdaya pembaca dari berita yang disebarkan.
Jenis hoax lainnya adalah hoax judul, hoax ini lebih kepada memberikan sisi bombastis pada pemberian judul berita. Dengan memberikan judul yang bombastis, penulis berharap berita yang mereka tulis akan mudah menjadi viral. Kelemahan dari masyarakat pada umumnya adalah keengganan untuk membaca keseluruhan isi berita sehingga mereka mudah terprovokasi hanya dengan membaca judul berita. Hoax seperti ini tidak hanya ditemukan pada situs media abal-abal, tetapi juga digunakan oleh situs-situs berita mainstream yang banyak dijadikan sebagai rujukan resmi. Tujuan dari membuat hoax judul seperti ini salah satunya adalah untuk meningkatkan rating berita sehingga banyak yang membuka dan membagikan berita tersebut. Tujuan lainnya untuk menciptakan framing berita terhadap suatu kejadian yang sedang hangat dibicarakan.
Selain kedua jenis hoax di atas, jenis hoax lainnya adalah hoax manipulasi berita dengan cara menghilangkan/mengganti beberapa fakta. Hoax seperti ini akan mengubah kebenaran berita yang disampaikan. Tidak hanya dengan menghilangkan banyak fakta, menghilangkan satu kata saja bisa membuat pemahaman pembaca menjadi berbeda. Manipulasi berita juga bisa dilakukan dengan cara memanipulasi gambar, tidak jarang tokoh terkenal maupun media yang kredibel menggunakan gambar hoax untuk meyakinkan pembacanya terhadap berita yang di sampaikan. Jika beberapa waktu yang lalu ada istilah “no pic sama dengan hoax” atau yang berarti tanpa ada gambar berita tersebut diragukan kebenarannya, maka pada saat ini gambar pun bisa dimanipulasi. Dengan kemajuan teknologi, gambar dapat dimanipulasi secara mudah bahkan memanipulasi video juga bukan hal yang sulit untuk dilakukan.
Banyak hal yang menyebabkan jenis-jenis hoax tersebut dibuat. Beberapa sebab diantaranya adalah sebagai upaya penggiringan opini sesuai kebutuhan pihak yang berkepentingan, untuk menimbulkan keresahan di dalam masyarakat, serta kondisi penulis berita yang tidak memiliki kompetensi dan atau miskin literasi. Hal-hal seperti ini tentu akan memberikan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat. Apalagi ketika berita tersebut menyebar secara viral, dampak yang disebabkan menjadi luas dan menimbulkan keresahan sosial.
Kalau kita perhatikan, pada saat ini banyak hoax yang menyebar dan menyebabkan keresahan sosial. Sebagai contoh dibidang kesehatan, belum lama ini beredar berita tentang vaksin Mump Measles Rubella (MMR) yang bisa menyebabkan autis. Contoh lainnya adalah hoax tentang registrasi SIM Card. Penyebaran hoax ini sangat luar biasa, bahkan jenis hoax terkait registrasi SIM Card banyak variasinya. Jika hoax-hoax semacam ini dibiarkan maka akan memberikan dampak yang sangat luas, diantaranya masyarakat tidak mudah untuk percaya dengan program-program dari pemerintah yang akhirnya program pembangunan Indonesia berjalan lambat.
Hoax juga bisa terjadi akibat persaingan bisnis dan ekonomi. Upaya menyebarkan hoax ini bertujuan untuk meningkatkan pemasaran produk dan atau menjatuhkan saingan bisnis. Dampak yang ditimbulkan dengan adanya hoax seperti ini cukup berbahaya, masyarakat sebagai konsumen akhir tentu akan dirugikan dengan maraknya berita hoax yang berkaitan dengan masalah bisnis dan ekonomi. Dampak yang lebih luas bisa menyebabkan stabilitas ekonomi menjadi terganggu.
Selain beberapa dampak di atas, terdapat dampak lainnya yang jauh lebih berbahaya yaitu hoax yang dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa. Hoax yang dapat memberikan dampak seperti itu biasanya terkait dengan permasalahan politik atau agama. Kondisi Indonesia yang sedang belajar tentang demokrasi dan kebebasan berpendapat menjadikan hoax terkait politik dan agama berkembang sangat pesat. Ini tentunya sangat mengkhawatirkan dan perlu ditemukan solusi yang tepat sehingga dapat menyelesaikan permasalahan. Untuk menemukan solusi tersebut, selain dengan memahami jenis-jenis hoax, tujuan dibuatnya hoax serta dampak yang terjadi akhibat hoax, kita juga harus memahami sejarah dan pola penyebaran hoax.
Menurut Lynda Walsh dalam buku yang berjudul Sins Against Science, hoax pertama kali muncul pada tahun 1808, akan tetapi banyak juga yang meyakini bahwa hoax telah muncul jauh sebelum waktu itu. Media penyebaran hoax juga berkembang seiring waktu, pada jaman dahulu hoax disebarkan melalui selebaran, surat kabar, dan kemudian berkembang ke media elektronik. Sedangkan pada saat ini hoax disebarkan dengan cara yang jauh lebih canggih yaitu melalui media digital atau internet. Walaupun media penyebarannya berganti akan tetapi pola penyebaran hoax tetap sama yaitu menyebar secara viral. Jika dahulu pola penyebaran viral ini hanya dari mulut ke mulut atau getok tular, pada era digital ini penyebaran secara viral menjadi sangat canggih dengan adanya media sosial.
Dengan adanya kemajuan teknologi, hoax dan media sosial menjadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dikutip dari website inet.detik.com, jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 132 juta jiwa dimana 40% atau 53 juta jiwa diantaranya adalah pengguna media sosial. Berdasarkan data tersebut peranan media sosial dalam penyebaran hoax menjadi sangat vital. Melalui media sosial, masyarakat saling terhubung dan berbagi berbagai macam informasi. Banyak manfaat yang bisa diambil dengan adanya media sosial ini, akan tetapi dampak negatif dengan adanya media sosial seperti penyebaran hoax juga tidak bisa dihindari. Saat ini media sosial digunakan secara bersamaan untuk menyebarkan berita hoax, cara penyebaran seperti ini menyebabkan sebuah berita hoax dapat dengan mudah menjadi viral.
Kata viral didefinisikan sebagai hal-hal yang mudah menyebar di internet, sedangkan dalam dunia kesehatan kata viral disebut sebagai suatu hal yang berhubungan dengan virus. Penyebaran hoax yang sangat cepat dan luas melalui internet disebut sebagai viral karena pola penyebarannya mirip dengan penyebaran virus. Jadi hoax bisa diibaratkan seperti virus yang mudah menyebar dan sangat berbahaya. Berbeda dengan bakteri yang bisa dimatikan dengan antibiotik, pengobatan untuk infeksi virus lebih sulit untuk dilakukan. Cara yang paling efektif untuk mengalahkan virus adalah dengan meningkatkan kekebalan tubuh yaitu melalui pemberian vaksin atau disebut sebagai imunisasi. Melalui imunisasi, sistem imun tubuh akan membentuk antibodi yang dapat memberikan perlawanan jika ada virus yang masuk ke dalam tubuh.
Seperti halnya virus di atas, hoax juga tidak mudah untuk dimatikan. Tidak ada obat yang benar-benar sanggup untuk menghilangkan hoax. Secanggih dan semahal apapun cara dan alat yang digunakan untuk mematikan hoax, hoax akan selalu berevolusi dangan cara baru dan menjadi lebih canggih. Oleh karena hal tersebut, perlu digunakan cara yang lain untuk mengalahkan hoax sebagaimana cara yang digunakan untuk mengalahkan virus yaitu menggunakan imunisasi hoax.
Melalui imunisasi hoax masyarakat tidak dihindarkan dari penyebaran hoax tetapi masyarakat diedukasi agar memiliki antibodi untuk melawan hoax . Dengan cara ini masing-masing individu di masyarakat tidak akan mudah untuk terinfeksi virus hoax sehingga tidak akan menularkan virus hoax tersebut kepada orang lain. Ketika hal ini terjadi, mata rantai penyebaran hoax akan terputus dan akhirnya virus hoax akan mati dengan sendirinya.
Imunisasi hoax yang digunakan adalah dengan memaksimalkan gerakan literasi. Hasil penelitian dari Programme for International Student Assessment (PISA) pada 2012 menyebutkan bahwa budaya literasi masyarakat Indonesia terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia. Ini mengkonfirmasi rendahnya budaya literasi di Indonesia memberikan peranan penting dalam peyebaran hoax. Imunisasi hoax melalui gerakan literasi bisa digunakan sebagai cara utama untuk mengalahkan virus hoax.
Imunisasi hoax melalui gerakan literasi bisa dilaksanakan selaras dengan Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Melalui gerakan literasi, masyarakat diajari untuk melek informasi sehingga tidak mudah terinfeksi virus hoax. Terdapat berbagai macam gerakan literasi yang bisa digunakan untuk menangkal penyebaran berbagai jenis hoax, macam-macam gerakan literasi tersebut adalah sebagai berikut.
Budaya Membaca
Gemar membaca merupakan gerbang untuk melek informasi. Dengan memiliki informasi yang cukup masyarakat bisa melihat setiap permasalahan dari berbagai sudut pandang sehingga mereka bisa melakukan penilaian terhadap suatu permasalahan dengan tepat. Ketepatan dalam mengolah informasi akan memudahkan dalam mengidentifikasi hoax. Dengan membaca dan memahami setiap berita secara keseluruhan maka masyarakat dapat mengerti inti dari berita yang disajikan sehingga tidak mudah terprovokasi oleh berbagai jenis hoax seperti jenis hoax isi maupun hoax judul.
Cek sebelum menyebarkan
Cek sebelum menyebarkan sudah sering dikampanyekan untuk melawan hoax akan tetapi edukasi tentang cara melakukan pengecekan yang masih kurang. Melalui gerakan literasi, masyarakat diajarkan cara melakukan pengecekan terhadap setiap informasi yang diperoleh mulai dari cara yang sederhana sampai dengan cara pengecekan yang lebih mendalam. Dengan mengecek lebih lanjut masyarakat dapat mengetahui ketika sebuah berita dimanipulasi.
Sebagai contoh, setiap informasi yang tersebar melalui broadcast Whatsapp (WA) dapat dengan mudah untuk ditelusuri kebenarannya, cukup dengan mengunakan google search maka akan keluar banyak informasi terkait berita tersebut. Contoh lainya ketika ada informasi yang mencatut sumber institusi tertentu, masyarakat bisa melakukan pengecekan langsung ke website atau media sosial dari institusi bersangkutan. Pengecekan lebih mendalam dapat dilakukan ketika masyarakat sudah memiliki kemampuan untuk melakukan pengecekan dari berbagai sumber termasuk menggunakan berbagai sumber ilmiah seperti jurnal-jurnal nasional dan internasional sebagai bahan rujukan.
Maksimalkan sosial media
Pengecekan informasi menggunakan banyak sumber sangat penting pada saat ini, hal ini dikarenakan hoax tidak hanya ditemukan dari media abal-abal saja tetapi banyak ditemukan juga pada sumber-sumber berita mainstream. Upaya pengecekan informasi dari banyak sumber bisa dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan media sosial.
Media sosial merupakan cara yang paling ampuh untuk melakukan pengecekan terhadap suatu informasi. Dalam suatu kasus tertentu, pengguna media sosial akan terbagi menjadi dua kubu yang berseberangan. Setiap kubu akan berusaha untuk mempertahankan pendapatnya dengan menyertakan berbagai sumber rujukan baik berupa gambar, data maupun sumber lainnya. Dari sini masyarakat bisa melakukan pengecekan, membandingkan sumber-sumber informasi yang diberikan dan akhirnya dapat memahami informasi mana yang dapat dipercaya.
Untuk bisa melakukan hal tersebut tentu mereka harus memiliki kemampuan dasar dari gerakan literasi yaitu membaca serta kemauan untuk melakukan pengecekan secara mendalam. Selain itu masyarakat juga harus melihat ssemua informasi secara seimbang, menggunakan logika yang sehat dan tidak menggunakan fanatisme yang berlebihan. Fanatisme sendiri merupakan penyakit dari virus hoax yang telah kronis dan sulit untuk disembuhkan.
Menulis
Menulis merupakan gerakan literasi yang dapat digunakan untuk melawan ganasnya hoax. Sebuah tulisan yang mumpuni dapat digunakan untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh berita hoax. Kemampuan menulis bisa terasah jika gerakan literasi dilaksanakan secara optimal.
Untuk mengoptimalkan imunisasi hoax, gerakan literasi harus dijalankan secara komprehensif. Khususnya oleh guru sebagai garda terdepan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Setiap guru dapat mencanangkan gerakan literasi mulai dari keluarga, kolega dan peserta didik.
Pengalaman penulis sebagai guru dalam menggalakkan imunisasi hoax melalui gerakan literasi dimulai dari keluarga dengan cara mengajak keluarga secara reguler ke perpustakaan daerah. Selain itu, dengan memberikan koneksi internet yang memadai di rumah sebagai sarana untuk mengedukasi keluarga tentang bahaya hoax serta cara menangkalnya menggunakan literasi digital. Selain sebagai guru, penulis juga merupakan Kepala Perpustakaan Sekolah yang selalu berusaha meningkatkan kualitas perpustakaan sehingga bisa mendukung gerakan literasi baik untuk sesama guru maupun peserta didik.
Menyadari banyaknya penyebaran hoax yang telah masuk ke lingkungan peserta didik, sebagai guru kelas, penulis berusaha menyaring dan memahami hoax yang beredar di kalangan anak muda dengan membuat group Whatsapp (WA) yang beranggotakan seluruh peserta didik dalam kelas tersebut. Sebagaimana group-group WA pada umumnya, berbagai jenis hoax juga tersebar dalam group WA yang telah dibuat. Dari sini penulis bisa mengedukasi peserta didik tentang jenis-jenis hoax dan cara mengatasinya melalui gerakan literasi sekolah. Pada akhirnya imunisasi hoax melalui gerakan literasi menjadi cara yang paling efektif untuk melawan virus hoax.