Banyak hal dalam hidup ini yang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Keinginan manusia sangatlah banyak bahkan ada pepatah yang mengatakan “Manusia tidak akan pernah cukup jika belum berada dibawah cungkup” artinya selama nafas masih dikandung badan maka tidak pernah ada rasa cukup di dalam kehidupan manusia. Saat masih kuliah penginnya cepat lulus, sudah lulus pengin cepat punya pekerjaan, sudah punya pekerjaan penginnya cepat menikah, sudah menikah penginnya cepat punya momongan, sudah dikasih anak penginnya punya rumah sendiri, sudah punya rumah sendiri penginnya punya mobil, sudah punya mobil penginnnya rumah dibangun tingkat dua dan bla..bla..bla..pengin terus tidak ada batasnya.
Mengutip ujaran seorang sufi yang mengatakan seseorang yang paling berbahagia di dunia ini manusia yang bersyukur, bersyukur untuk semua kenikmatan dan ujian yang diberika Alloh SWT kepadanya. Bersyukur dikala senang dan susah. Bagi beberapa orang termasuk saya, bersyukur itu gampang ditulis tapi sangat susah untuk dijalankan. Bersyukur untuk setiap kenikmatan itu perkara yang gampang tetapi bersyukur untuk sebuah ujian itu perkara yang sulit. Hanya orang – orang pilihan yang mempunyai kadar keimanan tinggi bisa merasakan syukur di setiap ujian hidup yang Alloh berikan kepadanya. Mungkin saya belum termasuk golongan tersebut.
Mantan pacar mengatakan bahwa seseorang yang berbahagia itu jika dia sudah tidak punya keinginan apa-apa lagi. Dan dia sudah membuktikan itu, sedangkan saya saat ini sedang berjuang dengan segala keinginan duniawi yang tidak ada habisnya. Saya menyadari betul bahwa itu salah, justru karena saya menyadari maka timbul perasaan yang tidak enak, merasa bersalah dan kemrungsung kalau orang Jawa mengatakan. Bahkan sekarang dalam setiap doa habis sholat tidak pernah lupa saya selipkan doa untuk menghapus segala keinginan duniawi dan perbanyak keinginan untuk menambah jumlah tabungan amal di akherat kelak.
Itu saya lakukan karena saya ingin menjadi orang yang berbahagia di dunia ini.
Salatiga, 01 Nop 2017