#1 Adis, Pondok dan Sekolah

Hari itu saya memanggil Adis ke ruangan, dia sudah empat hari tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Dengan wajah tertunduk dia melangkah dan duduk di kursi yang berada di depan meja. Setelah duduk saya menyapa dan menanyakan kabar dia, ini adalah langkah untuk mengkondisikan sisi psikologis siswa agar tenang dan siap menjawab pertanyaan. Pertanyaan awal saya buka dengan berapa hari dia tidak masuk, Adis menjawab empat hari dia tidak masuk, dua hari karena menunggui adiknya di rumah Sakit dan dua hari dia sendiri sakit tipus di pondok. Adis baru kelas 7 SMP, saya tidak tahu alasan dia benar atau bohong, akan tetapi yang saya tatap dari matanya Adis mempunyai persoalan yang jamak dirasakan anak-anak SMP 8 yaitu persoalan tentang motivasi sekolah.

Motivasi sekolah menjadi persoalan serius di SMP 8, anak-anak ini seperti zombie yang hanya raganya saja berada di sekolah akan tetapi hati dan pikiran entah berada dimana. Diantara sekitar 700 siswa mungkin sekitar 300 siswa mempunyai perilaku seperti zombie tersebut. Hal ini bisa dibuktikan ketika pelajaran berlangsung dan anak merasa pelajaran ataupun gurunya tidak mereka sukai maka drama  ijin ke belakang yang dilakukan siswa secara bergantian akan terjadi.

Selain itu ketika guru masuk kelas akan memulai pelajaran maka pertanyaan pertama dari anak-anak sebelum pelajaran di mulai bukan menanyakan PR atau materi yang minggu lalu diterima tetapi pertanyaan “bu, hari ini pulang awal apa tidak?”. Pertanyaan retoris yang sering membikin darah tinggi karena dengan bertanya seperti itu menunjukan betapa anak-anak itu tidak mempunyai semangat dalam menuntut ilmu.  Kisah Adis menjadi cerminan bagaimana keluarga tidak mendorong dia untuk terus sekolah akan tetapi mengajarkan Adis untuk menyepelekan sekolah. Menganggap sekolah tidak penting, kalau itu dilakukan secara terus menerus dan ditambah lingkungan pondok yang mendukung maka peristiwa DO anak pondok semakin tahun akan semakin bertambah.

 

Berita Terkait