Anak Indonesia unggul di hafalan lemah di penalaran

Siswa Indonesia menuju generasi emas yang sedang dipersiapkan untuk tumbuh menjadi anak anak yang unggul dengan karakter yang kuat menjadi hal yang semakin penting untuk mendapat perhatian lebih. Hal ini semakin diperkuat dengan survei OECD.

Menurut Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Nizam mengatakan anak-anak Indonesia unggul di bidang hapalan namun lemah dalam hal penalaran.
“Anak-anak Indonesia, kuat dalam hapalan namun lemah dalam penalaran,” ujar Nizam dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (6/12).
Dia memberi contoh soal PISA yang berisi hapalan, anak-anak Indonesia memiliki nilai yang tinggi. Namun, begitu soal tersebut diubah, nilai anak-anak tersebut langsung merosot.
Ke depan, pihaknya berupaya agar anak-anak terbiasa dalam mengerjakan soal yang memerlukan penalaran.
Peringkat dan capaian nilai Programme for Internasional Student Assessment (PISA) Indonesia untuk 2015 mengalami peningkatan sebanyak enam peringkat atau naik dari sebelumnya peringkat 71 pada 2012 menjadi peringkat 64 pada 2015.
Hasil survei 2015 yang dirilis pada hari ini, menunjukkan kenaikan pencapaian pendidikan di Indonesia yang signifikan yaitu sebesar 22,1 poin.
Sebelumnya pada hasil survei 2012, Indonesia menempati peringkat 71 dari 72 negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
PISA merupakan sistem ujian yang diinisiasi oleh OECD untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara di seluruh dunia. Setiap tiga tahun, siswa berusia 15 tahun dipilih secara acak untuk mengikuti tes dari tiga kompetensi yakni membaca, matematika dan sains.
“Untuk matematika dan sains, mengalami peningkatan. Sementara dalam hal membaca masih kurang.” Dia menyebut, lemahnya dalam hal membaca erat kaitannya dengan keberadaan gawai, sehingga anak-anak lebih senang bermain gawai dibanding membaca.

Hasil survei ini merupakan PR bagi orang tua dan guru untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir nalar bagi anak anak kita, salah satunya dengan upaya mengurangi penggunaan gawai dan meningkatkan minat membaca.

sumber : beritasatu.com

Berita Terkait