Di awal bulan November ini sekolah mulai melaksanakan pelajaran tambahan bagi anak-anak kelas 9. Karena pelajaran inti dari pagi diakhiri pukul 13.40 maka ada jeda waktu istirahat untuk makan siang dan sholat Dhuhur selama 35 menit sehingga pelajaran tambahan dimulai pukul 14.15 untuk dan diakhiri pukul 16.15. Pada tulisan ini saya tidak akan membicarakan tentang bagaimana kegiatan pelajaran tambahan itu berlangsung, saya lebih tertarik membahas tentang bekal makan siang anak-anak tersebut.
Anak-anak saya sebagian besar berasal dari desa kalaupun ada yang tinggal di kota rumahnya jarang ada yang ditengah kota biasanya dipinggir kota. Mereka berasal dari keluarga menengah ke bawah. Jadi membahas bekal makan siang mereka itu sama dengan merepresentasikan kehidupan sehari-hari mereka dirumah. Ada beberapa anak yang membawa bekal makan siang dari rumah sejak pagi, mereka akan memakannya pada saat istirahat kedua. Ada juga yang orang tuanya begitu perhatian, agar nasi dan lauk tetap hangat maka orang tua akan mengantarkan ke sekolah pada pukul 12.00 untuk dititipkan ke satpam kemudian satpam akan mendistribusikan ke kelas-kelas. Sebagai guru saya acungi jempol untuk orang tua yang seperti ini. Beliau-beliau sangat memperhatikan anak-anaknya.
Hari ini seperti biasa saya mengajar 6 jam di 3 kelas yang berbeda. Dan sesi curhatpun dimulai. Sebagai guru saya memang senang bercerita kepada murid-murid saya, bercerita apa saja dan merekapun senang menceritakan kondisi keluarga dengan saya.
Kelas X
Guru : Siapa yang hari ini membawa bekal makan siang ?
(dari 26 anak separuh lebih mengacungkan jari ). Seorang anak tampak tertunduk sambil mencoret-coret bukunya. Kamu tidak membawa bekal makan siang Galuh ?
Galuh : Ibu saya pemalas bu! (disoraki teman-teman sekelasnya). Tiap hari bangunnya jam 6 pagi, tidak pernah masak, saya sama bapak tidak pernah sarapan.
Guru : Ibu kamu mungkin kerja sampai malam, jadi paginya kecapean
Galuh : Ibu saya hanya dirumah, kerjaanya ngerumpi sama tetangga, jarang masak.
Guru :…@#$%^&&%^&*(…
Kelas Y
Guru : Soni, ibu lihat kemarin kamu jajan mie instan, kemarin kamu tidak bawa bekal ?
Soni : malas bu, ibu saya tiap hari masaknya sayur mbayung (daun ketela rambat).
Guru : kamu harus bersyukur, mending sudah dimasakin.
Soni :Bosen tiap hari makan mbayung
Guru : Mungkin ibu kamu tidak punya uang untuk membeli sayur yang lain.
Soni : Ibu saya males masak bu, kerjaanya dandan sama beli baju.
Guru : …)(*&^%$#…
Kelas Z
Pelajaran sudah usai, anak-anak bersiap membuka bekal makan siangnya, dan sayapun berkeliling melihat aneka lauk dan sayur yang dimakan anak-anak. Banyak yang membawa bekal makanan bergizi dan pandangan mata saya tertuju pada gadis manis yang duduk di pojok kelas dan bersiap untuk makan, saya hampiri dan bekal makan siangnya membuat saya mengelus dada, dia hanya membawa bekal nasi dan 3 buah rolade (daun singkong diberi tepung dan digoreng) hanya itu tidak ada sambel apalagi sayur atau lauk yang lain.
Guru : Kok lauknya minimalis ?
Yana : Iya bu, sambil tersenyum malu
Guru : Ibu kamu tidak masak hari ini ?
Yana : Ibu saya kerja di luar negeri bu?
Guru : ……$%^&*(^%$……
Wahai para ibu, mereka adalah anak-anak kita tercinta, mungkin kita tidak bisa memberi perhatian berupa harta berlebih, tetapi paling tidak beri mereka perhatian berupa bekal makanan bergizi yang dimasak dengan penuh cinta, karena dari merekalah kelak doa-doa akan mengalir meringankan siksa kubur sepeninggal kita didunia fana ini.
Salatiga, 02 November 2016