Hari ini tepatnya Senin 19 September 2016 merupakan hari yang menegangkan bagi kami. Ibu kami tercinta akan melalui serangkaian observasi untuk memutuskan tindakan operasi tumor tiroid yang sudah diderita kurang lebih 5 tahun ini. Operasi ini merupakan operasi yang kedua setelah dilakukan tindakan operasi pengangkatan yang pertama sekitar 4 tahun yang lalu.
Ibu Chayatun, sosok yang luar biasa bagi kami anak-anaknya. Sebenarnya Ibu Chayatun bukanlah ibu kandung saya, beliau adalah kembaran dari ibu kandung saya. Tetapi karena kedekatan beliau dan keluarganya sejak kami kecil sehingga bagi kami ibu Chayatun bukanlah sekedar saudara tapi merupakan ibu kedua bagi kami setelah ibu kami Chayati.
Menjelang operasi yang menurut saya merupakan operasi besar, Ibu Chayatun terlihat begitu tabah dan tegar, Tidak ada guratan kesedihan disitu padahal bagi kami banyak hal bisa terjadi ketika operasi terjadi. Ketika saya tanya kenapa Ibu Chayatun begitu santai , beliau hanya menjawab “la piye maneh” sambil tertawa lebar tanpa beban.
Tahukah ibu Chayatun ketika menulis ini saya sambil menangis, membayangkan hal buruk yang bisa terjadi. Saya selalu berdoa dalam setiap sujud saya doa untuk Ibu Chayatun agar diberikan kesembuhan oleh Alloh SWT.
Ibu orang yang sangat baik untuk ke 4 putanya dan mertua yang sangat baik untuk kedua menantunya. Beliau istri yang solehah mendampingi suami dalam 38 tahun pernikahan. Kehidupan yang tidak mudah tapi Ibu Chayatun mampu membuktikan bahwa beliau pantas mendapatkan semua doa terbaik yang hanya ini mampu kami berikan.
Ibu… dari jauh kami hanya bisa mendoakan bahwa Alloh SWT akan memberikan yang terbaik untuk Ibu. Cepat sehat kembali ya bu dan kembali ke kehidupan seperti biasanya untuk memasak makanan yang enak dan mengolah sambel pecel yang paling juara
Peluk cium yang paling hangat dari kami keluarga Salatiga
Salatiga, 19 September 2016 ; 08.03 WIB