Entah apa yang kini terjadi di dunia pendidikan Indonesia. Setelah berbagai kasus lapor melapor antara guru dan orang tua murid dimana sangat menganggu bagi kami sebagai guru. Pengalaman saya mengajar kurang lebih 13 tahun, setiap hari 6 hari dalam seminggu 7 jam sehari tahu sekali bagaimana kondisi anak-anak di sekolah. Baik itu kondisi akademis maupun kondisi latar belakang keluarganya. Saya mengajar di tingkat SMP dimana secara mental spiritual adalah masa-masa pencarian jati diri anak. Yang siswa laki-laki mulai ikut-ikutan hal hal yang menyerempet pada perbuatan negatif seperti mencoba merokok, membentuk gank sekolah, ngompasi atau atas nama setia kawan ikut tawuran. Sedangkan yang siswi perempuan mulai mencoba berdandan, membentuk gank sekolah, membully adik kelas yang ketahuan suka dengan cowok yang sama dan masih banyak lagi.
Apakah prilaku pencarian jati diri mereka sama di rumah dan sekolah? Jawabannya TIDAK. Ketika ada kasus pemanggilan orang tua banyak orang tua yang terkejut mendapatkan laporan dari sekolah tentang prilaku negatif anaknya di sekolah. Dan tahukah teman bahwa 80% orang tua itu akan membela anak-anaknya padahal jelas -jelas anaknya yang bersalah. Seperti contoh perkelahian atau ketahuan merokok. Orang tua itu akan membela anaknya bahwa si anak dipaksa untuk ikut merokok atau dia tidak berkelahi tapi membela diri. Kenapa ini bisa terjadi, karena orang tua mendapatkan laporan sepihak dari si anak yang tidak mungkin akan mengaku salah tapi si anak akan mencari pembenaran dirinya supaya tidak dimarahi orang tua.
Padahal untuk menyelidiki suatu kasus seperti itu seluruh komponen di sekolah ikut terlibat mulai dari bagian Kesiswaan, guru BK, wali kelas, saksi mata, pelaku dan korban. Pemanggilan orang tua ke sekolah bukanlah tindakan pertama yang dilakukan. Sebelumnya sudah ada tindakan dari pihak terkait untuk pembinaan untuk anak-anak tersebut. Kalau sudah dibina kemudian tidak ada peristiwa lagi ya sudah tidak ada pemanggilan orang tua. Pemanggilan orang tua baru terjadi ketika anak tersebut sudah lebih dari 3 kali terkena kasus negatif dan sudah lebih dari 3 kali dibina di sekolah baru pihak sekolah akan memanggil orang tua.
Jadi kenapa orang tua murid seperti tidak percaya pada kami para pendidik di sekolah. Apa orang tua murid tahunya kami hanya mengajar dikelas dan menerima gaji tiap bulan. Kami harus mengejar anak yang ketahuan membolos, saya pernah menggerebek anak saya main PS pada jam 8 pagi, kami di garda terdepan ketika ada siswa mengalami pelecehan oleh orang luar di saat jam pulang sekolah. kami harus membuntuti siswa yang dilaporkan mengompasi adik kelasnya. Dan masih banyak kejadian lain. Tidak pernah ada sebersitpun rasa jengkel atau berniat menganiaya siswa disekolah. Kami sangat menyayangi anak-anak kami karena mereka adalah ladang pahala bagi kami. Jadi berhentilah untuk memperlakukan guru seperti memperlakukan orang yang tidak punya moral karena kasus yang sepele. Karena sejatinya anak didik lebih terbuka dan ekspresif di sekolah daripada di rumah. Banyak dari mereka yang dirumah adalah anak yang manis dan penurut tapi di sekolah ternyata ketua gank atau trouble maker bagi teman-temannya.
Orang tua masih arogan dan belum percaya pada didikan guru dan sekolah? cobalah untuk mengajar atau didik sendiri anak anda di rumah!