Banyak kejadian di pasar online yang saya alami untuk diceritakan di sini. Seperti yang pernah saya alami, sepanjang saya belanja online belum mengalami kendala yang berarti. Saya termasuk wanita yang suka lapar mata setiap melihat produk makanan yang belum ada di supermarket Salatiga. Ditambah saya adalah aktivis instagram yang suka kepo artis-artis dan sosialita ibukota maka referensi saya tentang gaya hidup terutama produk makanan lumayan banyak…ahinggg.
Seperti saat selai cokelat impor dengan aneka merek seperti Ovomaltine, Hersey lagi booming wara wiri di Instagram maka saya langsung membeli online karena di supermarket Salatiga saat itu belum ada atau saat lagi giat-giatnya pola makan Food Combining saya jalani maka tepung terigu gluten free langsung saya beli via online itu juga karena belum ada offlinenya pokoknya jamaah Instagram sekali saya itu. Kalau teman saya lebih suka Facebook atau Twitter maka kalau sehari saja tidak buka Instagram hatipun galau seperti masakan kurang garam ..eaaaa. Suami hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah saya yang langsung sibuk order barang kalau sehabis mendapat rekomendasi produk makanan yang lagi hits atau baru pokoknya yang belum ada di supermarket Salatiga, dia tidak protes karena dia juga hobi makan.
Masih tentang produk makanan hits bagi saya asal harganya terjangkau pasti saya akan browsing lebih lanjut tentang produk tersebut. Sekarang produk yang saya ceritakan sudah banyak di jual di toko-toko makanan offline, agaknya pemilik toko melihat peluang bahwa masyarakat Indonesia sesungguhnya gemar makan yang enak-enak. Tapi harganya masih selisih jauh dari toko online walaupun ditambah ongkos kirim terpautnya bisa Rp. 20.000 – 25.000 per item, bagi saya yang sudah lama belanja online sayang banget uang segitu. Mending beli online lebih murah, barangnya kan sama, lagian itu toko offline paling juga belinya di tokok online untuk dijual kembali sehingga harga barang di mereka lebih mahal.
Seperti kebanyakan wanita yang suka membandingkan harga, saya juga seperti itu. Langkah awal kalau ada barang yang saya suka, saya akan buka Tokopedia dengan kata kunci nama merek atau jenis barang tersebut. Jika harganya sama dengan penawaran yang ada di Instagram maka saya akan memilih membeli lewat Tokopedia, entah kenapa saya suka belanja di Tokopedia lebih aman menurut saya. Bukan promosi tapi ini kisah nyata.
Jika barang yang ditawarkan lebih mahal di Tokopedia. Langkah kedua cari di Google pencaharian dengan nama merek atau jenis barang. Lumayan juga usahanya. Setelah mendapat dengan spesifikasi barang dan harga yang sesuai, langsung cek ke web JNE atau ekspedisi yang diinginkan. Di web tersebut ada lengkap rincian harga pengirimannya dengan cara kita mengetikan alamat kita sebagai alamat yang dituju. Jadi kita sudah tahu kalau barang dari Jakarta ke Salatiga lewat JNE itu ongkosnya berapa perkilo. Kenapa kita harus tahu ongkos pengiriman ? supaya kita tidak ditipu oleh pedagang online. Kelihatannya barang mereka lebih murah tapi banyak pedagang online yang bermain di ongkos pengiriman sehingga jatuhnya nanti sama saja atau bahkan lebih mahal. Trik ini mereka gunakan dengan asumsi pembeli tidak sempat mengecek ongkos pengiriman karena lebih banyak calon pembeli yang hanya melihat harga barang saja.
Saya pernah di blacklist oleh beberapa pedagang online, sebenarnya bisa saya ceritakan di sini bagaimana para pedagang online itu bermain di ongkos pengiriman. Tapi demi menjaga nama baik dan saya tidak ingin membuat masalah, cukup saya dan beberapa orang dekat yang saya kasih tau siapa saja para pedagang online yang tidak jujur ini. Bagaimana ceritanya saya sampai di blacklist ?.
Saat itu saya akan membeli barang yang dia tawarkan lewat Instagram, karena sudah kesengsem dengan produk makanan yang katanya gluten free maka saya hubungi kontak BBMnya. Harganya normal mungkin sedikit lebih mahal tapi karena barang yang saya inginkan ada beberapa macam dan disitu ada semua maka saya tidak mau repot, langsung saya hubungi pesan beberapa item minta dihitungkan ditambah ongkos pengirimannya.
Setelah beberapa saat, saya pun mendapatkan total yang harus saya bayar. Dwenggg…kok mahal banget, sebelumnya saya sudah ngecek perkiraan uang yang akan saya transfer ke pedagang ini, karena saya sudah cek ke JNE ongkos pengirimannya. Saya BBM dan pastikan apa tidak salah itu hitungannya dan saya bilang kalau sudah cek ke JNE tentang ongkosnya.
Ternyata pedagangnya marah dan bilang saya tidak serius dengan pembelian ini tanpa dia mau menjelaskan kenapa hitungan dia dengan hitungan saya beda jauh. Dia pun langsung delcon kontak BBM saya. Pedagang macam apa ini, sudah kelihatan tidak jujur kan. Saya orang yang sangat menjunjung kejujuran apalagi dalam ajaran agama saya, berdagang yang barokah adalah pedagang yang jujur. Kelihatan sekali dia bermain di ongkos pengiriman karena ketika saya minta rincian harga lagi dia tidak mau malah marah dan mengatakan saya tidak serius berbelanja. Sampai sekarang saya suka kasihan melihat pembeli di toko dia yang masih mau membeli barangnya tanpa tahu kalau pedagang ini tidak baik. Padahal masih banyak pedagang online yang baik dan tidak mengambil untung kelewat besar dengan memanfaatkan ketidak tahuan kita.
Balik lagi ke kasus tadi, begitu saya didelcon. Langsung saya cari di Tokopedia dan ketemu. Harganya sama persis dengan pedagang yang marah tadi ditambah ongkos pengiriman yang sama dengan ongkos yang tertera di web JNE. Sejak itulah saya lebih selektif lagi kalau membeli online di pedagang perorangan. Mungkin bermain harga di ongkos pengiriman adalah strategi dagang mereka untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dengan memanfaatkan kelengahan konsumen. Tapi sebagai konsumen kita harus cerdas jangan mau dikadali dengan pedagang online macam seperti itu.
Salam Belanja !