Wanita dan Belanja Part 2

Walau jaman sudah berganti generasi, hasrat wanita dan belanja tidak mengalami perbedaan. Hanya tempat dan barang yang dibeli saja yang berbeda. Jaman dulu waktu ibu atau nenek kita muda, mereka berbelanja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Pergi ke pasar yang dibeli tentu Sembako dan sayur mayur, untuk golongan menengah ke atas yang saat itu didominasi etnis tertentu atau warga asing, para majikan ini biasanya menyuruh pembantu mereka untuk membeli kebutuhan ke pasar.

Jaman sekarang disaat pasar tidak hanya berbasis offline tapi juga online maka hasrat berbelanjapun berbeda penyalurannya secara ruang dan waktu. Tidak perlu capek-capek tinggal buka laptop atau hp maka berselancarlah kita di dunia pasar online, tapi jangan lupa paketan intertenannya diisi ya atau itu tagihan speedy sudah dibayar belum…eh. Tinggal ketik Tokopedia atau OLX maka seribu satu barang akan terpampang di layar. Atau mau lebih simpel buka google ketik kata kunci berupa barang yang kita inginkan dan… voila…muncullah puluhan penawaran berserta harga, lengkap dengan pilihan jasa pengirimannya. Benar-benar dunia yang sadis bagi pekerja seperti saya menjelang tanggal tua seperti ini…hiks.

Maka jangan heran kalau didunia toko online, impulsif buyer akan kehilangan akal kalau tidak punya pengendalian diri berbelanja tingkat dewa. Seperti kasus mantan anggota DPR berisinal A yang dipenjara karena kasus korupsi beberapa tahun yang lalu, konon beliau sering berbelanja online dan pernah menghabiskan 1,2 M untuk sekali belanja online. Tidak ada yang salah dengan cara pembelian seperti ini hanya seperti saya utarakan kalau kita tidak punya skala prioritas maka nafsu belanja akan tersalurkan demi melihat tawaran-tawaran yang diberikan.

Selain keefisienan yang ditawarkan pasar online, kemudahan pembayaran juga menjadi alasan kenapa wanita jaman sekarang lebih suka belanja online, tinggal pencet token dan beres, barang akan datang 2-3 hari ke depan. Pengalaman saya belanja online alhamdulillah belum pernah mengalami penipuan. Lancar semua, mungkin karena barang yang saya beli nilai nominalnya tidak terlalu tinggi. Tapi suami saya pernah mengalami barang tidak dikirim setelah dia transfer sejumlah uang. Ya, namanya juga dunia fana jadi tidak ada sesuatu yang sempurna demikian juga di pasar offline saja juga pernah ditipu, buktinya kemarin beli pare 3 biji pahit semua rasanya…halah.

Dulu saat awal-awal demam toko online barang yang dijual belum banyak variannya, menempati urutan teratas adalah toko baju dan sepatu. Sekarang agar tidak ditinggalkan pembeli para pemilik toko onlinepun mulai melakukan inovasi.

Jual makanan online sekarang sudah banyak secara tidak langsung membuat pemilik berinovasi bagaimana caranya makanan yang kelihatannya tidak mungkin untuk dijual online menjadi mungkin .

Media sosial sangat berperan untuk promosi barang-barang tersebut, sebut saja keripik pedes Mak Icih yang sempat populer karena level pedasnya itu. Mak Icih bisa terkenal karena si empunya menggunakan media sosial twitter untuk mempromosikan dagangannya. Selain Mak Icih pasar online dengan promosi menggunakan media sosial juga merambah ke produk lainnya.

Dulu waktu hamil anak kedua, ketika itu saya ngidam pengin makan pempek yang asli Palembang. Dibelikan pempek yang dijual di kota saya rasanya tidak puas. Akhirnya keinginan itu hanya sebatas keinginan karena tidak ada saudara atau kawan yang lagi pergi ke Palembang untuk dititipi oleh-oleh. Coba ngidamnya sekarang tinggal scroll Instagram cari  pempek online dari kota Palembang langsung atau menggunakan jasa JNE Pesona, tinggal pesen bayar dan duduk manis pempekpun besok sudah terkirim.

Berita Terkait