Hari itu seperti biasa Zaki setelah tidur siang akan mengayuh sepedanya keliling kompleks. Anak TK usia 4 tahun yang lagi aktif-aktifnya itu bergabung bersama anak-anak sebayanya untuk bermain bersama. Ditengah jalan, rantai sepedanya lepas, iapun mendorong sepeda pulang ke rumah untuk meminta bantuan Ayahnya memperbaiki sepeda. Setelah selesai, Zaki bersiap-siap untuk keluar rumah melanjutkan bermainnya, tapi karena cuaca mendadak mendung dan mulai turun rintik gerimis, Ibu melarang Zaki untuk keluar rumah. Kontan saja, seketika itu Zaki turun dari sepeda masuk ke rumah dan menangis sekeras-kerasnya sambil melempar semua bantal yang ada di kursi tamu.
Kondisi Zaki itulah yang disebut temper tantrum yaitu ekspresi anak dalam mengeluarkan luapan amarahnya yang hebat untuk mencapai maksudnya atau sebuah ledakan amarah anak akibat rasa kecewa yang dipendamnya.
Temper tantrum adalah sebuah fase yang sering terjadi pada anak berusia 2,5 sampai 4 tahun. Masing-masing anak berbeda dalam mengalami fase tantrum ini ada yang mengalaminya satu atau dua kali saja tapi ada juga yang mengalami tantrum untuk setiap keinginan yang tidak dipenuhi. Semua ini sangat tergantung pada lingkungan tempat si anak tinggal.
Beberapa faktor yang memicu temper tantrum adalah :
- Orang tua yang terlalu sibuk dan tidak ada waktu untuk si anak sehingga anak merasa kecewa dan memendam perasaan tersebut dan merajuk agar diperhatikan.
- Ketika anak memiliki keinginan selalu ditolak dan dimarahi orang tuanya, lama-lama akan menjadi konflik yang berkepanjangan yang merusak emosi anak.
- Harus selalu menuruti perintah orang tua dan tidak berani melawan kehendak orang tua. Pada suatu saat emosi yang dipendam ini akan meledak hebat.
- Meniru orang tuanya saat melampiaskan amarah.
Hal-hal yang harus dilakukan orang tua agar anak tidak mengalami temper tantrum :
- Sering bicara dari hati ke hati dengan anak. Tanyakan apa yang menjadi keinginannya. Lakukan ini di saat anak sedang mengalami mood yang baik.
- Jangan terlalu melarang ini itu sepanjang tidak membahayakan anak. Sebagai orang tua tugas kita adalah mengawasi mereka bermain dan memberi pengertian tentang bahaya suatu permainan disaat suasana sedang santai.
- Jika memang ada perselisihan, atur emosi ayah dan ibu. Ajak bicara baik-baik, jangan menganggapnya sebagai musuh.
- Disaat sedang tantrum, beri pelukan dan katakan kalau ayah dan ibu sangat menyayanginya, abaikan tangisan dan raungannya.
- Tegas terhadap anak untuk sesuatu yang baik dan tidak baik. Jangan langsung mengabulkan setiap permintaan hanya karena dia menangis atau merengek untuk mengajarkan pada anak menghadapi hidupnya nanti agar ia tidak manja dan bisa mandiri.
- Salurkan emosi anak dengan mengajaknya bermain bola, melihat pemandangan, dan aneka permainan fisik lainnya.
Kondisi temper tantrum yang berbeda pada setiap anak membutuhkan penanganan yang berbeda pula. Yakinkan anak, kita sangat menyayangi mereka dan beri pengertian bahwa tidak setiap keinginan pasti terpenuhi, lambat laun seiring pertambahan usia anak akan paham.
dek bari menyuk