Hari Minggu pagi hujan turun sangat deras. Dari balik kaca jendela kulihat teman-teman berlarian mandi air hujan.Mereka asyik bermain air hujan. Kulihat tubuh mereka basah. Wajah dan bibir mereka pucat kebiruan karena kedinginan. Akan tetapi, mereka tetap gembira tidak merasakan dinginnya air hujan.
Mereka memanggil namaku sambil meledek, Ulfa, Ulfa, main hujan-hujanan, yuk. Jangan di rumah saja, nanti jadi kucing lho. Kucing kan takut hujan, ha, ha, ha…’’
Aku merengek pada ibu agar diizinkan main hujan-hujanan. Akan tetapi, ibu tidak memberiku izin. Kata ibu, tubuhku mudah sakit jika terkena air hujan. Dengan kesal,aku terpaksa menurut ibu.
Ketika ibu sibuk di dapur, diam-diam aku keluar dan bergabung dengan teman-teman main air hujan. Mereka mengajakku mandi air banjir di tanah kosong dekat rumah. Airnya tidak tinggi,hanya sebatas lutut. Ketika sedang asyik main air, ibu datang mengajakku pulang.
Malam harinya, aku tidak dapat tidur karena bersin-bersin. Tubuhku mulai demam. Tidak hanya itu,seluruh tubuhku pun gatal. Aku baru ingat, tanah kosong tempatku bermain tadi kan tempat sampah. Hii,aku baru merasa ngeri dan jijik. Keesokan harinya aku tidak masuk sekolah karena sakit.
Wah gendis dan bari lagi asik ya