Memasuki sebuah bangunan tinggi yang mewah, dingin dan harum tentu membuat semua orang merasa betah dan ingin tinggal lebih lama. Penyambutan berkelas dengan senyum santun yang menawan mulai dari dibukanya pintu, resepsionis sampai petugas pembawa barang membuat kita merasa dimanja seperti raja raja dalam dongeng. Apalagi dengan fasilitas yang disediakan baik didalam kamar maupun diluar kamar.
Kenyamanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti keadaan nyaman, kesegaran, kesejukan. Kenyamanan yang dialami masing masing orang tentu berbeda. Kenyamanan seorang tukang becak yang tidur dibecaknya saat hujan deras tentu tidak bisa dibandingkan dengan kenyamanan seorang direktur yang tidur di penerbangan first class. Kita tidak boleh mengatakan direktur tersebut lebih nyaman dari tukang becak karena banyak faktor yang mendukung rasa nyaman tersebut. Nyaman ketika berhadapan dengan masa lalu tentu membuat kita lebih menghargai sejarah dibalik masa lalu itu. Bukti bukti sejarah perjalanan seseorang atau suatu bangsa sering kita menyebutnya arsip atau kearsipan.
Menurut pasal 1 angka 2 Undang Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh negara, pemerintah daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Arsip sangat berbeda dengan bahan pustaka yang terdapat didalam perpustakaan. Arsip mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan bahan pustaka diantaranya arsip harus autentik dan terpercaya sebagai alat bukti yang sah, onformasinya utuh dan berdasarkan asas asal usul (principle of provenance) dan aturan asli (principle oforiginal order).(http://id.wikipedia.org/wiki/Arsip)
Arsip itu sejarah, arsip itu masa lalu. Istilah seperti itu sering dijadikan guyonan satir entah itu sedang dalam diskusi kearsipan atau diskusi di warung kopi. Bahkan ada yang mengatakan yang lalu biarlah berlalu. Sedih sekali mendengarnya, tanpa arsip kita memang tetap bisa bernapas dan melanjutkan hidup, tanpa arsip putaran waktu di bumi ini tetap 24 jam sehari semalam, tanpa arsip setahun adalah 365 hari setahun 12 bulan sebulan 30 hari.Tetapi pernahkah membayangkan jika tidak ada arsip ?. Semua surat menyurat yang keluar tidak ada yang ditinggal semua dikeluarkan. Arsip terdiri dari 2 jenis yaitu (1) Arsip Konvensional contoh kertas dan (2) Arsip Media Baru contoh arsip mikro film, kaset dll. Bagaimana repotnya kita yang seorang guru PNS misal sedang tertimpa musibah kebakaran, semua hangus terbakar padahal diperjalanan karir nantinya akan dibutuhkan surat yang banyak sekali seperti SK CPNS, SK PNS, Kenaikan Berkala dan masih banyak lagi. Pernahkah membayangkan kalau tidak ada arsip maka sungguh merepotkan sekali.
Dan seperti apakah kita sekarang memperlakukan arsip ? Tumpukan kertas-kertas lusuh, kaset, mikro film, foto-foto, semua itu memang benda mati, benda yang hanya berguna di saat dibutuhkan. Benda yang tidak protes jika ditumpuk begitu saja. Atau berguna jika ada surat asli yang hilang atau para mahasiswa sedang melakuka penelitian. Gedung yang bersih tapi sunyi, tentu itu yang tergambar. Beda dengan perpustakaan yang setiap hari ramai dengan pemustaka untuk mencari sumber informasi. Yang datang atau berkunjung ke gedung arsip tentu tidak seramai perpustakaan, yang datang hanyalah orang-orang yang berkepentingan dan bisa dihitung jumlahnya perhari.
Salah satu kata kata Bung Karno yang terkenal adalah Jas Merah Jangan pernah meninggalkan sejarah. Arsip adalah bagian dari sejarah itu. Arsip memegang peranan yang luar biasa penting dalam perjalanan sebuah bangsa. Pernahkah terpikir bagaimana kita yang lahir ditahun 70an kemudian ingin merasakan kehebatan para pejuang ditahun 45 tinggal cari video perjuangan yang semuanya disimpan di Kantor Arsip. Bagaimana jika video, film, foto, surat-surat penting itu tidak ada. Apa yang bisa kita ceritakan kepada anak cucu kita tentang kebesaran negara Indonesia ini. Buku buku sejarah memang banyak, film layar lebar perjuangan banyak, bahkan animasi, sinetron, komik tentang perjuangan bangsa juga ada. Tetapi semua itu tidak bisa dibuat kalau si pembikinnya tidak mempelajari arsip sejarahnya. Langsung tanya ke pelaku sejarah memang bisa tetapi berapa pejuang 45 yang sampai tahun 2015 ini masih hidup dan sehat, sedikit tentunya. Dan mencari merekapun sulit karena tempat tinggal yang menyebar di wilayah Indonesia yang luas ini.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah konon begitulah istilahnya. Menceritakan atau mempelajari sejarah perjuangan bangsa merupakan hal yang mudah, siapapun bisa melakukan itu tetapi menghayati setiap langkah perjuangan, untuk ikut meneteskan air mata ketika setiap hari Senin upacara bendera dikibarkan atau teks Pancasila dibacakan ikut merasakan jiwa nasionalisme yang tinggi, perasaan itu tidak muncul tiba-tiba, perasaan itu bisa muncul didukung dengan diantaranya melihat tayangan video saat itu. Latief Hendradiningrat sebagai pengerek bendera, S.Suhud sebagai pembentang bendera serta S.K Trimurti sebagai pembawa bendera, kita bisa melihat langsung ekspresi kemenangan diwajah mereka, diwajah Soekarno, M.Hatta atau orang orang yang hadir pada saat itu. Ekspresi itu penting untuk melahirkan semangat Nasionalisme, kita tidak dapat menemukan ekspresi itu dibuku buku sejarah atau cerita animasi tentang kemerdekaan. Saat sekarang dimanakah kita menemukan moment-moment yang penting itu, tentunya divideo sejarah. Memberi contoh nilai perjuangan kepada anak didik sekarang sangat sulit ditengah arus informasi yang begitu mendunia. Anak sekarang cenderung untuk melupakan sejarah, pikiran mereka dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa perkembangan boyband pujaan atau hari ini artis idola memakai baju model apa. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya setiap hari di awal pelajaran hanya rutinitas tanpa ada makna. Berdiri setiap pagi upacara di hari Senin hanya menyisakan rasa panas dan capek tanpa ikut merasakan perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan ini. Padahal bangsa ini butuh para pembela yang mencintai dengan segenap jiwa dan raga.
Mencintai Indonesia sekarang ini tidak lagi harus mengangkat senjata, tidak lagi harus berpidato dari forum Internasional satu ke forum Internasional lain. Mencintai Indonesia lakukanlah mulai yang terkecil, jaga bukti sejarah, jaga arsip sejarah, ketika semua bukti atau saksi hidup meninggal hanya itulah yang masih bisa diselamatkan untuk dilihat anak cucu kita tentang Indonesia. Menjaga arsip sejarah perlakukanlah seperti kita diperlakukan sebagai tamu hotel bintang lima atau penumpang penerbangan kelas satu. Istimewa, bagaimana cara mengistimewakan arsip apakah dengan ditempatkannya dokumen-dokumen itu dirak-rak tinggi nan bersih dengan perawatan berkala untuk menghindari ngengat, rayap dan sebangsanya cukup ? Tidak cukup menurut saya, karena ini berkaitan dengan rasa, rasa untuk selalu menjaga arsip atau bukti supaya tetap ada, rasa mencintai Indonesia dengan cara mencintai apapun yang menjadi bukti betapa Indonesia sangat penting untuk selalu dibela.
Perasaan mengistimewakan arsip inilah yang menjadi modal dasar untuk mencintai setiap apapun arsip yang ada. Jangan pernah berpikir untuk melihat semua tumpukan kertas, video, mikro film atau foto-foto sebagai benda mati yang tidak berharga. Perlakukan benda-benda itu dengan istimewa seperti halnya kita menjaga harta kita yang lainnya. Dari sanalah kita belajar tentang sejarah perjalanan hidup suatu bangsa. Tentang tetesan darah dan air mata yang mengiringinya. Tugas kita sekarang hanyalah menjaga dengan istimewa, menjaga dengan rasa penuh cinta dan berusaha untuk memaknai
Menjaga arsip sama halnya dengan menjaga nama besar Indonesia. Mencintai arsip, mencintai Indonesia. Karena dari sanalah bukti sejarah bercerita, bukti tentang kebesaran Indonesia.